AMAN Gelar Konsolidasi BUMMA di Bogor
04 November 2024 Berita Shinta Aprilia Kusuwa Wardhani dan Melani Dwi KhotimahOleh Shinta Aprilia Kusuwa Wardhani dan Melani Dwi Khotimah
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menggelar konsolidasi Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA) selama tiga hari mulai 31 Oktober - 2 November 2024 di Bogor, Jawa Barat.
Konsolidasi yang mengusung tema “Memperkuat BUMMA sebagai Rumah Produk Masyarakat Adat” ini bertujuan untuk memperkuat kedaulatan ekonomi Masyarakat Adat di seluruh Nusantara.
Simon Petrus Bame, salah seorang peserta konsolidasi BUMMA dari wilayah Mare, Jayapura mengaku senang bisa ikut dalam konsolidasi ini karena banyak hal yang bisa diperoleh dari kegiatan ini. Simon mengatakan sebelum bergabung dengan BUMMA, Masyarakat Adat di kampungnya belum mengetahui bagaimana cara mengolah sumber daya yang ada. Setelah ada BUMMA, katanya, mereka dapat mengolah sumber daya yang tersedia di kampung seperti kayu bambu diolah menjadi tas anyaman. Selain itu, hasil pertanian seperti kacang merah dan jagung juga meningkat. Simon berharap BUMMA dapat menjadi penguatan ekonomi Masyarakat Adat di kampunnya.
“Sejak kehadiran BUMMA di kampung, perekonomian Masyarakat Adat menjadi lebih baik. Ini kami rasakan langsung dalam beberapa bulan terakhir ini,” kata Simon Petrus usai mengikuti konsolidasi BUMMA di Bogor.
Konsolidasi dihadiri 28 BUMMA dan 2 Pusat Pendidikan Ekonomi Masyarakat Adat dari Sulawesi Selatan dan Bengkulu.
Sekretaris Jenderal AMAN, Rukka Sombolinggi dalam sambutannya mengatakan kegiatan konsolidasi ini sebagai ruang untuk mengenali dan mengetahui sejauh mana perkembangan BUMMA di Nusantara, terutama yang terkait jenis usaha yang dijalankan dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing wilayah adat.
Rukka menambahkan konsolidasi ini sangat penting karena bisa menjadi sarana yang bisa saling menguatkan dan membuka jejaring sesama BUMMA. Selain itu melalui konsolidasi ini, sebutnya, BUMMA dapat melihat segmentasi dan melihat animo pasar sebagai bentuk promosi usaha mereka, baik kuliner, pakaian dan budaya.
“Tidak boleh ada BUMMA yang keuntungannya tidak pulang ke kampung. BUMMA berhak atas bagi hasil untuk kesejahteraan Masyarakat Adat,” ungkapnya sembari menambahkan BUMMA harus menjadi gerbang utama kedaulatan ekonomi bagi Masyarakat Adat.
Direktur Pengembangan Ekonomi & Pengelolaan Sumber Daya Lestari AMAN, Feri Nur Oktaviani menyatakan BUMMA mengupayakan semua produk yang diolah dilakukan secara adil dan lestari.
“Adil untuk Masyarakat Adat, adil untuk pengelola, dan juga adil untuk alam dan sekitarnya,” ujarnya.
Feri Nur Oktaviani berharap BUMMA bisa menjadi jembatan ekonomi antara produk Masyarakat Adat, sesuai potensi yan ada di masing-masing wilayah adat. Dalam konteks ini, sebutnya, BUMMA punya peran sebagai pihak yang mengkoordinir kelompok usaha untuk memasarkan produknya ke pasar.
“Melalui peran ini, kita ingin memperkuat BUMMA sebagai rumah produk Masyarakat Adat,” pungkasnya.
***
Penulis adalah volunteer di Infokom PB AMAN