Oleh Apriadi Gunawan

Ratusan orang Masyarakat Adat dari bererapa desa di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur terpaksa mengungsi akibat erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki pada Senin, 4 November 2024.

Erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki dilaporkan hingga kini masih terus terjadi secara fluktuatif. Pada Kamis (7/11/2024) pagi pukul 06.32 Wita, gunung Lewotobi Laki-Laki kembali erupsi mengeluarkan abu vulkanik setinggi 2.500 meter di atas permukaan laut.  

Sementara itu, jumlah pengungsi terus bertambah ditengah ketidakpastian kapan erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki akan berakhir. 

Berdasarkan data yang dihimpun AMAN Flores Bagian Timur, jumlah pengungsi Masyarakat Adat akibat erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki mencapai 441 orang. Mereka sebagian besar dari komunitas Masyarakat Adat Sukutukan.

Opung Wada dari Infokom AMAN Flores Bagian Timur melaporkan para pengungsi Masyarakat Adat ini tersebar dibeberapa lokasi, terbesar di Pululera ada 377 orang. Dikatakannya, ada beberapa pengungsi yang hingga kini belum tersentuh bantuan. Opung Wada mencontohkan di desa Nileknoheng, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, ketika dikomfirmasi dengan Kepala Desa Nileknoheng disebutkan sudah sampai dengan hari keempat ini belum ada sentuhan dari pihak mana pun.

“Ini harus menjadi perhatian kita bersama, semoga ada tangan-tangan baik yang mau memberi bantuan untuk pengungsi disana,”katanya, Kamis (7/11/2024).

Ketua Pelaksana Harian Wilayah AMAN Nusa Bunga Maximilianus Herson Loi meminta kepada Pemerintah Kabupaten Flores Timur dan Propinsi Nusa Tenggara Timur bisa lebih pro aktif dalam menangani korban bencana erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki. Sedangkan, bagi kawan-kawan pengurus AMAN dan kader Masyarakat Adat yang sedang berada di lapangan kiranya dapat membantu para korban, terutama dari Masyarakat Adat.

“Saya minta pengurus AMAN aktif mengontrol kebutuhan para korban serat selalu update perkembangan,” kata Maximilianus Herson Loi, Kamis (7/11/2024).  

Anak-anak Pengungsi korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Dokumentasi AMAN

10 Orang Meninggal

Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur erupsi pada Senin, 4 November 2024. Akibat erupsi yang terjadi pada dinihari tersebut, 10 orang  meninggal dunia.

Maximilianus Herson Loi ini menyatakan turut berduka cita yang mendalam bagi para korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

“Kiranya jiwa-jiwa mereka tenang dalam keabadian surgawi,” tuturnya sembari menambahkan bagi keluarga korban yang ditinggalkan kiranya diberikan kekuatan dan penghiburan.

Pria yang akrab disapa Herson Loi ini menyatakan erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki ini bukanlah kutukan, melainkan fenomena alam yang dapat dijadikan sebagai ruang untuk membangun relasi baik antara sesama Masyarakat Adat, masyarakat dengan alam dan leluhur serta tak lupa pula dengan Tuhan.

Dikatakannya, ritual-ritual adat sebagai simbol penyatuan kita sebagai Masyarakat Adat dengan alam dan leluhur, mungkin jarang kita lakukan. Dengan adanya fenomena ini, katanya, kita bisa hidupkan kembali dan jadikan itu sebagai ritual rutin dalam tradisi adat kita di kampung.

Relokasi Korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto dalam siaran konferensi pers di Jakarta, Kamis (7/11/2024) menyatakan pemerintah berencana akan merelokasi tempat tinggal warga yang sekaligus korban erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki. Menurutnya, merelokasi tempat tinggal warga adalah opsi yang paling tepat. Berdasarkan hasil analisa tim di lokasi terdampak, sebutnya, pemukiman warga yang terdampak erupsi berada di dalam zona bahaya atau lebih kurang tujuh kilometer dari bukaan kawah gunung Lewotobi Laki-Laki yang saat ini masih erupsi.

Namun terlepas dari itu, kata Suharyanto, ada beberapa hal penting yang mesti dipertimbangkan sehingga relokasi tidak justru memberatkan warga.

“Relokasi bukan hanya memindahkan orang, tapi juga sumber mata pencahariannya,” terangnya.

Suharyanto menyebut berdasarkan data Pusdalops BNPB, tercatat setidaknya ada 10.295 orang atau 2.734 Kepala Keluarga (KK) yang masuk dalam opsi relokasi. Mereka merupakan warga dari beberapa desa di tiga Kecamatan yaitu Ile Bura, Titehena, dan Wulanggitang yang menjadi korban terdampak erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki.

***

Writer : Apriadi Gunawan | Infokom PB AMAN
Tag : Masyarakat Adat Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi Flores Timur