Oleh : Nesta Makuba

Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi dipercaya menjadi salah seorang panelis debat ketiga pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Selatan pada Sabtu, 16 November 2024 di Jakarta.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) memilih Rukka Sombolinggi sebagai ahli Masyarakat Adat dalam debat pamungkas ini selaras dengan tema yang diangkat : Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, Persoalan Daerah, Investasi hingga Perlindungan Masyarakat Adat.

Debat menghadirkan empat pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Selatan yaitu Darius Gewilom-Yusak Yaluwo, Nikolaus Kondomo-Baidin Kurita, Romanus Mbaraka-Albertus Muyak, Apolo Safanpo-Paskalis Imadawa.

Debat keempat pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Selatan yang disiarkan secara langsung oleh salah satu televisi swasta di Jakarta ini berlangsung seru, terutama saat membahas isu Masyarakat Adat yang terkait investasi dan perampasan lahan yang terjadi di suku Awyu, Kabupaten Bovent Digoel. Keempat pasangan calon adu gagasan dalam menanggapi berbagai isu Masyarakat Adat di salah satu wilayah adat Papua Selatan tersebut.

Pasangan calon Nikolas Kondomo-Baidin Kurita dalam paparannya lebih fokus pada pembangunan regulasi dalam sistem ketatanegaraan guna melindungi dan menjaga hak - hak Masyarakat Adat di Papua Selatan. Namun, pasangan ini tidak merinci sistem pembangunan regulasi seperti apa yang akan mereka lakukan nantinya. Padahal, Komisi Anti Rasial di PBB telah mencatat Proyek Strategi Nasional seluas 1,5 juta hektar di Merauke merusak ekosisten, kemudian  kawasan hutan adat  Suku Awyu di Bovent Digoel masuk dalam salah satu yang melanggar hak-hak Masyarakat Adat yang merupakan bentuk diskriminasi rasial.

Nikolas mengatakan hak-hak ulayat Masyarakat Adat harus diakui karena Undang-Undang negara kita atau UU Agraria mengakui hak ulayat itu.

“Sebagai pemerintah, saya akan menfasilitasi masyarakat dan pemerintah agar Masyarakat Adat lebih paham,  perlu sosialisasi jika ada proyek nasional yang melibatkan Masyarakat Adat sehingga tidak terkesan tiba- tiba,” terangnya dalam sesi debat,  Sabtu (16/11/2024) malam.

Hal yang berbeda disampaikan oleh pasangan Romanus Mbaraka - Albertus Muyak. Pasangan ini lebih cenderung memberikan ruang seluasnya atau membuka keran investasi. Namun, tidak mengabaikan kepentingan hak-hak Masyarakat Adat dan kerusakan lingkungan serta ekosistem hayati yang terjaga dan terawat dengan baik.

Romanus beralasan hal ini dilakukan karena pertimbangan jumlah pencari kerja yang cukup banyak setiap tahun, sehingga peluang investasi dapat membuka lapangan kerja yang banyak dalam menjawab persoalan pengangguran di Papua Selatan.

"Papua Selatan calon pencari kerja cukup banyak, sehingga perlu lapangan kerja di pemerintahan dan sektor swasta,” ujarnya.

Sementara, pasangan calon Apolo Safanpo - Paskalis Imadawa lebih kepada penataan data kependudukuan Orang Asli Papua (OAP) dan non OAP, sehingga program pembangunan yang dilakukan tepat sasaran kepada Orang Asli Papua.

“Program ini menjadi prasyarat dalam menentukan arah pembangunan dan pelaksanaan Otonomo Khusus  di Papua Selatan ke depan,” kata Apolo Safanpo, mantan Rektor Universitas Cenderawasih Papua.

Apolo mengakui data kependudukan yang dilakukan melalui  catatan sipil dan Sensus Penduduk ini sangat penting untuk memastikan ukuran penduduk dan distribusi penduduk berdasarkan angka kelahiran,  kematian dan migrasi penduduk yang berubah-ubah.

"Pendataan penduduk di suatu wilayah sangat penting untuk menentukan arah kebijakan,  jika data benar, analisis benar akan memberikan informasi yang kredibel dan terpercaya yang akan dipakai oleh pemimpin untuk mengambil kebijakan pembangunan dan kesejahteraan Masyarakat Adat " ungkap Apolo Safanpo.

Debat Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Selatan. Sumber Foto Metro Tv

Debat Bukan Mencari Siapa Menang dan Kalah

Ketua KPU Papua Selatan Thersia Mahuse mengatakan debat pamungkas yang djlaksanakan oleh KPU ini untuk membangun pemahaman antara pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Selatan  terkait isu dan persoalan yang terjadi di masyarakat.

Thersia mengatakan dalam perdebatan ini bukan mencari siapa yang menang dan kalah, tapi  bagaimana masing-masing pasangan calon memahami persoalan yang terjadi dan  membangun masyarakat Papua Selatan.

“Debat sebagai cerminan kualitas dan kapasitas serta kapabilitas masing-masing pasangan calon," ujarnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Ada dari Papua

Writer : Nesta Makuba | Papua
Tag : Debat Pamungkas Pemilihan Gubernur Papua Selatan Sekjen AMAN Panelis