Oleh Nesta Makuba

Hutan adat di tanah Papua dilaporkan telah rusak akibat maraknya eksplorasi yang dilakukan dalam jumlah skala besar terhadap sumber daya alam Papua seperti tambang emas, nikel, kayu, minyak dan gas (migas).

Eksplorasi besar-besaran terhadap sumber daya alam Papua ini dapat mengancam eksistensi  Masyarakat Adat yang hidupnya sangat bergantung pada alam dan hutan.  

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Papua Maikel Peuki menyebut eksplorasi sumber daya alam skala besar di tanah Papua terjadi setelah adanya pemekaran wilayah yang membagi Papua menjadi enam propinsi. Pemekaran wilayah Papua menjadi pintu masuk investasi yang berpotensi merusak lingkungan, terutama hutan adat.

Dikatakannya, tanah Papua sekarang ini semakin terancam oleh kegiatan eksplorasi tanpa kontrol hingga menyebabkan kerusakan lingkungan semakin parah. Maikel mencontohkan di Papua Barat yang kaya akan ekowisata laut dan daratnya kini terancam oleh aktivitas perusahaan tambang nikel di wilayah GAG Raja Ampat.

“Sangat miris, tanah Papua semakin tergerus. Hutan adatnya semakin menipis dieksploitasi tanpa batas oleh perusahaan tambang,” kata Maikel Peuki di kantor Walhi Papua pada Kamis, 6 Februari 2025.

Maikel  menuturkan kerusakan hutan adat yang terjadi di tanah Papua saat ini lebih disebabkan karena kebijakan pemerintah yang terlalu berpihak kepada investor. Akibatnya, Masyarakat Adat Papua terancam kehilangan mata pencaharian karena hidupnya sangat tergantung kepada alam dan hutan yang kondisinya kini telah rusak.

“Pemerintah Pusat terus mendorong investor masuk ke Papua. Itu artinya, pemerintah ingin perusahaan tambang harus ada di Papua. Kalau begini caranya, sama saja pemerintah ingin merusak lingkungan Papua,” tegasnya.

Maikel menambahkan jika hal ini dibiarkan, dampaknya bisa menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih parah di Papua. Selain merusak lingkungan, sebutnya, kegiatan eksploitasi tambang tanpa batas juga telah menimbulkan dampak sosial yang cukup serius di Papua.

“Faktanya, saat ini kondisi Masyarakat Adat di Papua masih banyak yang prihatin. Hidupnya miskin,  berbanding terbalik dengan kondisi alamnya yang kaya,” ungkapnya.

Melihat kondisi ini, Maikel berharap pemerintah melakukan evaluasi dan review menyeluruh terhadap seluruh izin perusahaan tambang di tanah Papua. Menurutnya, negara tidak boleh semena-mena merampas dan merusak hutan adat dengan cara membiarkan perusahaan tambang merusak lingkungan. Sebaliknya, negara harus melindungi hutan adat Papua.

“Negara punya tanggungjawab melindungi hutan adat Papua, jangan dibiarkan perusahaan tambang merusaknya,” kata Maikel.

Ancaman Serius bagi Masyarakat Adat

Daniel Toto selaku Ketua Dewan Adat Suku di Kabupaten Jayapura, mengkritik keras maraknya perusakan hutan adat yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan di Papua. Menurutnya, semua ini terjadi akibat pemerintah tutup mata terhadap aktivitas perusahaan tambang di Papua. Kemudian, akibat maraknya investasi yang tidak ramah lingkungan sehingga berdampak terhadap keberlangsungan hidup Masyarakat Adat.

"Dampaknya signifikan, Masyarakat Adat akan mengalami kerugian dari investasi skala besar di Papua,” kata Daniel Toto pada Selasa, 11 Februari 2025.

Daniel menerangkan hutan adat di Papua banyak yang rusak akibat keserakahan investor untuk kepentingan sawit, Ilegal logging, dan Ilegal maining. Kondisi ini menyebabkan Masyarakat Adat kehilangan ruang kelola hidup dan mata pencaharian.

“Sudah banyak ruang hidup dan mata pencaharian kami yang hilang, bahkan Masyarakat Adat terlunta-lunta di atas tanah adatnya sendiri. Ini ancaman serius bagi kami, " ungkapnya.

Daniel menyebut beberapa proyek Investasi besar yang ada di tanah Papua, tidak ada yang memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan hidup Masyarakat Adat. Sebaliknya, justru mengancam kehidupan Masyarakat Adat.

“Kami mohon hal ini jadi pertimbangan bagi pemerintah untuk mendatangkan investor yang ingin membangun tanah Papua,” pungkasnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Jayapura, Papua

Writer : Nesta Makuba | Jayapura, Papua
Tag : Hutan Adat Rusak Akibat Eksplorasi Skala Besar Tanah Papua