Kementerian Komunikasi dan Digital Siap Berkolaborasi Dengan Asosiasi JMA Nusantara
05 Desember 2025 Berita SepriandiOleh Sepriandi
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Republik Indonesia menyambut baik berdirinya Asosiasi Jurnalis Masyarakat Adat (JMA) Nusantara sebagai wadah berhimpunnya para jurnalis dari berbagai komunitas Masyarakat Adat Nusantara.
Wakil Menteri Komdigi Nezar Patria menyatakan siap bekerjasama dengan Asosiasi JMA Nusantara dibidang literasi digital di Masyarakat Adat.
Nezar mengatakan pengetahuan tentang Masyarakat Adat dan budaya harus terus dimunculkan agar pengetahuan secara turun menurun dari nenek moyang tidak hilang. Menurutnya, adat budaya serta pengetahuan tentang alam itu berdampingan. Persoalannya, sebut Nezar, bagaimana pengetahuan secara turun temurun dari nenek moyang itu masih dipercaya sampai saat ini.
“Hingga saat ini, adat dan budaya masih saja dicintai meskipun sudah dibingkai modernisasi. Para leluhur terdahulu mampu membingkai keanekaragaman adat dan budaya, mereka mampu menyatukan seluruh bangsa Indonesia,” kata Nezar saat menerima audiensi Pengurus Nasional Asosiasi JMA Nusantara di Kementerian Komunikasi dan Digital RI pada Selasa, 2 Desember 2025.
Nezar mencontohkan jika angin berhembus dari Barat ke Timur atau ke Selatan. Artinya, ada pertanda alam setelah itu. Begitu juga pengetahuan soal navigasi dari abad XIII untuk mengukur pasang surut air laut.
“Pengetahuan itu tidak ditulis dan sampaikan nenek moyang kita secara turun temurun. Namun, masih digunakan sampai saat ini,” terangnya.
Terkait hal ini, Nezar menyatakan Kementerian Komunikasi dan Digital akan bekerjasama dengan Asosiasi JMA Nusantara tentang literasi digital pengetahuan Masyarakat Adat. Kerjasama ini dianggap penting agar dapat terus mengedukasi generasi muda.
"Kolaborasi tentang literasi digital di Masyarakat Adat ini penting,” tandasnya.
Terwujud Tahun Depan
Ketua Umum Asosiasi JMA Nusantara Apriadi Gunawan menyambut baik kolaborasi yang ditawarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital. Ia mengatakan tawaran ini seperti gayung bersambut karena organisasi yang baru dideklarasikan tiga bulan lalu ini juga membutuhkan dukungan kerjasama dari Kementerian Komdigi terkait gerakan dan isu Masyarakat Adat.
"Kita berharap kerjasama ini dapat terwujud tahun depan,” kata Apriadi penuh semangat.
Apriadi menerangkan Asosiasi JMA Nusantara ini baru saja dideklarasikan pada 9 Agustus 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia. Disebutnya, asosiasi ini didirikan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) sebagai sayap organisasi.
“Saat ini, anggota Asosiasi JMA Nusantara sudah mencapai 370 orang yang tersebar di 7 region,” ujarnay sembari menambahkan ketujuh region tersebut adalah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, Bali Nusra, Papua.
Apriadi menjelaskan anggota Asosiasi JMA Nusantara ini sudah mengikuti pelatihan jurnalistik dasar. Mereka yang sudah mendapatkan pelatihan jurnalistik nantinya akan menulis kisah-kisah dari kampung guna mengangkat harkat martabat Masyarakat Adat.
"Kita mengibaratkan Jurnalis Masyarakat Adat ini seperti senjata, yang siap mengawal dan menjaga hak-hak Masyarakat Adat. Para jurnalis ini bukan hanya penulis peristiwa, tapi juga pelaku dari peristiwa itu," jelasnya.

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria (duduk tengah) sedang mendengarkan paparan dari Ketua Umum Asosiasi JMA Nusantara Apriadi Gunawan (baju batik, duduk dua dari kanan). Dokumentasi AMAN
Lahir Dari Ketidakadilan Informasi
Deputi I Sekjen AMAN, Eustobio Rero Renggi, yang turut hadir dalam pertemuan audiensi tersebut menerangkan lahirnya Asosiasi JMA Nusantara ini karena situasi di Masyarakat Adat yang hampir setiap hari berhadapan dengan konflik. Namun, informasi tentang Masyarakat Adat sangat minim.
"Organisasi sayap Asosiasi JMA Nusantara ini lahir karena adanya ketidakadilan informasi yang diterima Masyarakat Adat,” tegasnya.
Atas dasar ini, sebut Eustobio, AMAN sejak lama telah melakukan pelatihan jurnalistik dasar kepada kader. Kemudian, terus melakukan pengembangan kapasitas agar Jurnalis Masyarakat Adat dapat terus membuat narasi tentang isu dan gerakan Masyarakat Adat di komunitas masing-masing.
"Kami membayangkan, Jurnalis Masyarakat Adat ini bukan hanya sekedar bisa menulis saja. Namun juga ikut mempublikasikan tentang gerakan dan isu Masyarakat Adat,” jelasnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Bengkulu, yang ikut audiensi ke Kementerian Komunikasi dan Digital R