Oleh Jacob Siringoringo

Sejumlah relawan dari komunitas Masyarakat Adat Huta Lontung di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara ikut bersolidaritas menyalurkan bantuan logistik ke sejumlah pengungsi yang ada di komunitas Masyarakat Adat terdampak bencana banjir bandang dan longsor.

Para relawan bahu membahu mendistribusikan bantuan yang terkumpul dari berbagai donasi di posko Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tapanuli Utara.

Samuel Rajagukguk, pemuda adat dari komunitas Masyarakat Adat Huta Lontung turut bersolidaritas menyalurkan bantuan ke pengungsi. Ia bersama temannya datang dengan mobil pick up (bak) untuk bantu mengangkut logistik yang tersedia di posko AMAN Tapanuli Utara.

Samuel menyatakan bantuan yang mereka lakukan ini belum ada artinya dibanding para donatur yang telah menyisihkan hartanya untuk korban bencana. 

“Bantuan ini sebagai bentuk dukungan solidaritas kemanusian dari komunitas Masyarakat Adat untuk saudara kami yang ada di komunitas terdampak bencana,” kata Samuel Rajagukguk pada Selasa, 9 Desember 2025.

Sebanyak delapan komunitas Masyarakat Adat di Kabupaten Tapanuli Utara dilaporkan mengalami dampak bencana. Kedelapannya adalah komunitas Masyatrakat Adat Sibalanga, Aek Godang – Tor Nauli, Pansur Batu di Kecamatan Adian Koting,  Kenegerian Siunggas, Kenegerian Janji Angkola, Kenegerian Lumban Toruan di Kecamatan Purba Tua, Sitolu Ompu di Kecamatan Pahae Jae, Simardangiang di Kecamatan Pahae Julu.

Sejumlah orang dilaporkan telah meninggal, rumah roboh hingga sumber mata pencaharian seperti sawah dan kebun telah rusak. Situasi ini menggugah para relawan dari komunitas Masyarakat Adat di Tano Batak untuk bersolidaritas membantu para pengungsi yang saat ini ditampung dibeberapa posko bencana bencana.  

Di Kabupaten Toba misalnya, komunitas Masyarakat Adat di daerah ini ikut menyiapkan diri secara fisik maupun mental membantu korban bencana. Mereka bersiaga 24 jam.

Habel Simanjuntak, salah seorang pemuda adat di Toba mendedikasikan dirinya mewakili komunitas Masyarakat Adat Natumingka untuk ikut membantu penanganan korban bencana selama masa tanggap darurat. 

Tidak hanya pemuda adat, anggota Dewan AMAN Daerah (DAMANDA) Tapanuli Utara Parlin Tampubolon dari komunitas Masyarakat Adat Sitonong, juga ikut bergerak membantu korban bencana. Ia mengerahkan kendaraan, tenaga hingga kehadiran di tengah situasi bencana. 

Relawan Masyarakat Adat menyerahkan bantuan kepada korban bencana banjir dan longsor di Tano Batak. Dokumentasi AMAN

Solidaritas Komunitas Masyarakat Adat

Ketua Pelaksana Harian AMAN Daerah Tapanuli Utara Edward Siregar mengapresiasi keikutsertaan relawan dari komunitas Masyarakat Adat dalam membantu penanganan korban bencana.

"Rasa senasib sepenanggungan telah ditunjukkan oleh relawan Masyarakat Adat dari Tano Batak, tanpa lelah mereka membantu Masyarakat Adat yang terdampak bencana. Ini patut diapresiasi,” katanya.

Edward menghargai sikap spontanitas para relawan dari komunitas Masyarakat Adat yang tergerak dalam membantu korban bencana di komunitas terdampak bencana.  

“Solidaritas komunitas Masyarakat Adat bantu komunitas Masyarakat Adat” adalah kekuatan nyata sebagai bukti bahwa Masyarakat Adat se-nusantara turut merasakan getirnya bencana ini,” pungkasnya.

***

Penulis Adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Tano Batak, Sumatera Utara

Writer : Jacob Siringoringo | Tano Batak, Sumatera Utara
Tag : Solidaritas Relawan Komunitas Bantu Komunitas Bencana Sumatera