AMAN Salurkan Bantuan Logistik Kepada Masyarakat Adat Sihaporas
17 Desember 2025 Berita Maruli SimanjutakOleh Maruli Simanjuntak
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menyalurkan bantuan logistik dan dukungan pemulihan ekonomi kepada Masyarakat Adat Sihaporas di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada Selasa, 16 Desember 2025.
Penyaluran bantuan ke Sihaporas ini bukan karena terdampak bencana alam, melainkan konflik agraria berkepanjangan antara Masyarakat Adat Sihaporas dengan PT Toba Pulp Lestaria (TPL) yang selama ini membatasi akses tanah adat yang masuk ke dalam konsesi industri.
Akses jalan menuju kampung adat Sihaporas sulit dilalui. Namun, penyaluran bantuan tetap dilakukan meski diterpa hujan deras dan jalan berlumpur. Kondisi ini menggambarkan keterisolasian yang cukup lama dialami Masyarakat Adat Sihaporas. Seluruh wilayah adat dimasukkan ke dalam konsesi perusahaan. Aktivitas bertani dibatasi, sebagian lahan dipasangi portal besi, dan Masyarakat Adat kehilangan ruang produksi pangan.
Sejak peristiwa penyerangan pada 22 September 2025, Masyarakat Adat Sihaporas kehilangan hampir seluruh sumber penghidupan. Ladang dan kebun yang selama ini menjadi sumber penghidupan tidak bisa lagi diakses. Selama hampir tiga bulan, Masyarakat Adat bertahan tanpa penghasilan tetap.
AMAN Beri Dukungan Modal
Ketua Pelaksana Harian AMAN Wilayah Tano Batak, Jhontoni Tarihoran menyebut kondisi Masyarakat Adat Sihaporas saat ini sedang dilanda krisis pangan yang bersifat struktural.
Disebutnya, krisis ini bukan baru saja terjadi tapi sudah berlangsung sejak lama. Tepatnya, ketika akses ke tanah adat dibatasi oleh konsesi.
“Masyarakat Adat Sihaporas telah kehilangan kemampuan menanam dan memanen. Akibatnya, bukan hanya penghasilan yang hilang, tetapi seluruh sistem pangan yang selama ini menopang kehidupan mereka,” kata Jhontoni pada Selasa, 16 Desember 2025.
Jhontoni menyebut sebagai langkah pemulihan, Pengurus Besar AMAN telah memberikan dukungan modal dengan total Rp 64,5 juta, dimana setiap keluarga mendapat bantuan masing-masing Rp 1,5 juta. Ditambahkannya, dana tersebut digunakan sebagai modal awal agar Masyarakat Adat dapat kembali bertani.
Selain bantuan modal, imbuhnya, Pengurus Besar AMAN juga menyalurkan sekitar 800 kilogram logistik berupa beras, minyak goreng, gula, ikan kering, lilin, serta kebutuhan bayi.
“Bantuan yang disalurkan Pengurus Besar AMAN ini bukan solusi akhir, melainkan upaya bertahan hidup di tengah absennya perlindungan negara,” ujarnya.
Ketua komunitas Masyarakat Adat Sihaporas Op. Morris Ambarita menyatakan terima kasih atas bantuan yang disalurkan AMAN untuk Masyarakat Adat Sihaporas. Menurutnya, bantuan ini sangat berharga sekali. Sebab sejak mereka berkonflik dengan TPL, Masyarakat Adat telah kehilangan sumber penghidupan.
“Ketika ladang dan kebun ditutup, tidak ada lagi yang bisa kami andalkan. Bantuan dari AMAN ini memberi kami ruang bernapas dan keyakinan bahwa perjuangan mempertahankan tanah adat tidak kami jalani sendirian,” ujarnya.
Seorang perempuan adat Sihaporas dengan raut wajah gembira sedang berjalan menjunjung bantuan yang diterimanya dari AMAN. Dokumentasi AMAN
Bersiap Kembali Mengelola Lahan
Anita Simanjuntak, perempuan adat Sihaporas, mengatakan pembatasan akses lahan yang sudah berlangsung lama ini sangat mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga.
“Yang pertama terasa adalah dapur mulai kosong. Perempuan yang paling cepat merasakan dampaknya karena kami yang mengurus makan anak-anak. Ketika ladang tak bisa diakses, kami terpaksa mengurangi makan dan bergantung pada bantuan,” katanya dengan nada lirih.
Anita menyatakan meski konflik belum sepenuhnya selesai, sebagian Masyarakat Adat mulai mempersiapkan kembali lahan mereka sebagai bagian dari rencana pemulihan bersama. Dikatakannya, langkah ini harus diambil karena hidup harus terus berjalan.
“Bertani bagi kami bukan pilihan, tetapi cara bertahan. Persiapan lahan ini adalah upaya mengambil kembali ruang hidup yang selama ini dibatasi,” ujarnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Tano Batak, Sumatera Utara