24 November 2013. Ada enam komunitas ditampilkan dalam Gelar Budaya Nusantara pada tanggal 23-24 November 2013 lalu di Taman Persahabatan Negara Non Blok (TMII). Batak Karo, Sumatera Utara (Merdang Merde), Sedulur Sikep Pati, Jawa Tengah (Ritus Budaya Pangan Lamporan) Cigurgur-Kuningan, Jawa Barat (Seren Taun) dan tiga komunitas anggota Aliansi Masyarakat Adat Nusantara yaitu Toraya, Sulawesi-Selatan (Ritus Aluk Pare ), Dayak Kanayatn Kalimatan-Barat ( Ritus Bauma Batahun) dan Using Kemiren-Banyuwangi, Jawa Timur (Ritus Ider Bumi). Gelar Budaya Ritus Pangan Nusantara ini bertujuan untuk mengembangkan budaya Nusantara sebagai karakter bangsa serta memperkenalkan budaya Nusantara kepada masyarakat luas dan generasi muda. Pada acara pembukaan disamping barisan parade peserta juga menampilkan ritus padi kolaborasi Elly Luthan, Sahuni (Banyuwangi) dan Wukir Suryadi. Kemudian Tari Topeng Losari, Cirebon yang terkenal lewat Bu Sawitri (Alm) pendiri sanggar Purwa Kencana. Menampilkan cucu sekaligus murid Bu Sawitri sendiri yaitu Noor Anani Maska Irman (Nani) yang merupakan generasi ke-tujuh dan penjaga warisan Topen Losari Cirebon. Nani menari di bawah siraman cahaya mentari pagi dengan iringan gamelan. Hentakan gamelan meningkahi gerakan badannya yang meliuk ke belakang atau kaki menggantung. Aluk Pare (Toraya) Setelah To’ minna (pendeta) memanjatkan doa, dua orang laki-laki berjalan perlahan sambil meniup ma’ pelle (intrumen batang padi berbalut daun enau) pekikan beberapa laki-laki memecah keheningan doa. Dibelakangnya menyusul sebelas orang perempuan, berbaris rapih mengenakan kostum seragam panjang berwarna krem cerah. Manik-manik warna-warni khas Toraya meliliti pinggang para perempuan ini. Mereka juga mengenakan topi penutup kepala berhiaskan bulu-bulu burung yang ditata rapih, sungguh indah. Setiap perempuan memegang sebilah tongkat dan ka’ tong (istrumen kotak berisi biji-bijian yang dibalut ikatan kain) Barisan para perempuan (toma ‘nani’) bergerak menuju pondok pabuaran yang dihiasi berbagai macam simbol binatang. Para toma ,nani, mengumandangkan Ma' Dondo (seni tradisi vokal perempuan Toraja) biasanya ditampilkan dalam upacara Rambu Tukak (upacara yang diselenggarakan pada pagi sampai tengah hari). Syair-syairnya adalah ungkapan rasa syukur dan pujian kepada sang pencipta atas panen yang berhasil dan harapan untuk masa depan. Dengan tehnik vokal harmoni sederhana Ma’ Dondo mampu menghipnotis penonton. Bagaikan mantra atau drone yang disuarakan secara panjang, berulang-ulang, menyiratkan satu hal, bahwa seni vokal tradisi yang mereka tampilkan adalah murni warisan leluhur Suku Toraya, mereka tampil memukau dan percaya diri. Meskipun bentuk susunan bunyi ditampilkan penggabungkan konsep drone, namun pada saat nada-nada panjang bersinggungan dengan pola melodis utama, memanfaatkan konsep minimalis (tri tone) tiga nada yang menghasilkan nada dissonance (penggabungan nada vokal, terstruktur dan berkesinambungan) memunculkan efek harmoni celestial yang unik. Menurut Rizaldi Siagian (pakar Etnomusikolgi) ada tiga nada dengan interval lebih kurang dari 300 cent (+/- 260 cent) ke atas dari nada pokok dan sekitar kurang dari 200 cent ke bawah (Bb(+/-) - C - Eb-) dan tehnik chanting Ma' Dondo Toraja ini adalah teknik vokal tertua di dunia, mungkin lebih tua dari tradisi musik vokal Bulgaria. Tradisi Bauma Batahun (berladang) Dayak Kanayatn. Tradisi bercocok tanam masyarakat adat Dayak Kanayatn dilaksanakan dengan beberapa tahapan. Mulai dari Babrukng, Sambayang Basi, Ngawah, Nunu, Nugal, Ngalamo Lubang Tugal, Ngikat padi, Ngalayukan Bontokng, Matahatn, Naik Dango. Tahapan ritual ini memperlihatkan betapa dekatnya Komunitas Dayak kanayatn dengan alam semesta. Ritual Baburukng, misalnya, adalah ritual untuk meminta petunjuk dari Jubata (Sang Pencipta) dan alam sebelum kegiatan bercocok tanam dimulai. Petunjuk itu akan mereka peroleh melalui pertanda kicauan burung. Apabila burung-burung berkicau, itu menjadi pertanda bahwa di situlah lokasi yang cocok untuk berladang dipastikan. Dalam Gelar Budaya Nusantara 2013 ini, penyajian Bauma Batahutn diekspresikan melalui gerak/ fragmen adegan mimetis, kegiatan berladang melalui tari-tarian kreasi mereka. Ritus Bauma Batahun juga menampilkan sosok seorang anak berusia 12 tahun bernama Panji, tapi sudah mampu memainkan alur melodi utama dalam tradisi musik orang Kanayatn Kec Menjalin, Kalimantan Barat. Secara mengagumkan, Panji merangkai seluruh ritus lewat tiupan sulingnya dan mengiringi tari-tarian dalam tradisi panen padi Masyarakat Adat Kanayatn. *** Jeffar Lumban Gaol

Writer : Jeffar Lumban Gaol | Jakarta