Komunitas Adat Salua Menerima Ember Pemurni Air
24 Oktober 2018 Berita Jakob SiringoringoJakarta (23/10), www.aman.or.id - Tim Tanggap Darurat AMAN menyerahkan sebuah ember pemurni air kepada Masyarakat Adat Salua, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi yang kekurangan air bersih akibat banjir bandang Minggu (21/10/2018). Ember tersebut akan ditaruh di dapur umum agar semua warga dapat menikmati air bersih. Bantuan tersebut diterima langsung oleh Sekretaris Desa Salua Akbar A. Liwesigi.
Ember pemurni air merupakan salah satu peralatan teknologi yang sangat bermanfaat di situasi darurat seperti gempa dan tsunami yang terjadi di Sulteng 28 September lalu. Alat ini berfungsi menyaring air keruh menjadi air bersih hingga siap diminum.
Kemarin (23/10) alat ini langsung dimanfaatkan untuk kebutuhan Masyarakat Adat Salua. Alat pemurni air ini merupakan bantuan dari Waves for Water. Lembaga ini didirikan oleh Jon Rose pada 2009 dan bekerja di mana saja di seluruh dunia bagi siapa saja yang membutuhkan air bersih.
“Our goal is to provide access to safe drinking water to people with no or little access. We work on projects during natural disasters as well,” Ethan Lovell dari Waves for Water menerangkan.
Ketika gempa dan tsunami di Palu, mereka langsung bergerak dan datang ke Palu. Waves for Water kala itu menggandeng sebuah lembaga bernama Project Karma. “When the earthquake and tsunami struck Indonesia we partnered up with Project Karma and came to Palu to work with local people and provide access to clean drinking water,” kata Ethan.
Menurut Ethan alat pemurni air ini juga bermanfaat mencegah Kolera, Tipus, Giardia, Eximí, Salmonella, dan banyak penyakit lain yang tumbuh di air.
“The filters prevent Cholera, typhoid, Giardia, eximí, salmonella and many other water born illness.”
Hingga saat ini Waves for Water telah menyalurkan 250 alat pemurni air. “We will bring many more.”
Banjir bandang
Ahad minggu lalu kejadian banjir bandang menimpa Masyarakat Adat Salua. Hal ini mengakibatkan terjadinya kerusakan parah di pemukiman khususnya terkait infrastruktur fasilitas kehidupan sehari-hari. Salah satu masalah yang timbul akibat banjir bandang bercampur lumpur adalah terjadinya kekurangan air bersih.
“Banjirnya besar sampai masuk ke pemukiman warga di Salua,” kata Andi Lekto, Infokom PB AMAN, yang kemarin langsung turun ke Salua mengantarkan ember pemurni air.
Meskipun demikian sumber mata air masih ada. Akan tetapi kondisinya keruh akibat kikisan longsor pascagempa. Banjir tersebut membawa tanah longsor dan kayu, sehingga menyebabkan kekurangan air bersih dan pipa Perusahaan Air Minum (PAM) rusak. “Selain itu, irigasi ke sawah juga terputus,” kata Andi.
Banjir bandang ditengarai terjadi akibat pergeseran tanah pascagempa. Hal ini merupakan dampak likuefaksi. Likuefaksi ini memungkinkan terjadinya pergeseran jalur arus sungai, mata air sebab tanah di bawah permukaan bumi yang bergeser.
Jakob Siringoringo