Palu (6/11), www.aman.or.id - Tim Tanggap Darurat (TD) memverifikasi data komunitas adat yang terkena gempa 7,4 SR selama tiga hari (4-6/11). Persebarannya mencakup daerah Donggala, Kulawi, Parigi Moutong dan Pandere. Tanggal 5 November merupakan hari turun langsung ke lapangan guna merangkum data-data sekaligus silaturahmi kepada korban-korban terkena gempa dan tsunami.

Verifikasi data komunitas meliputi situasi terkini di komunitas, kebutuhan yang masih sangat mendesak, lembaga lain yang turut memberikan dukungan, jumlah dukungan, hingga penyelarasan pendekatan komunitas, bukan desa apalagi dusun.

“Verifikasi data ini untuk menstrukturisasi kerja-kerja pelayanan komunitas. Di sini kita membangun sistem hingga perencanaan tiga bulan ke depan termasuk ke tahap pemulihan,” Annas Radin Syarif, Koordinator Tim Tanggap Darurat AMAN menjelaskan di hadapan peserta rapat tim pada Jumat-Sabtu, minggu lalu.

baca juga: Membangun Sistem Tanggap Darurat Berkelanjutan

Minggu (4/11), seluruh tim yang terbagi pada empat daerah tadi berangkat meninggalkan posko utama yang beralamat di Jl. Banteng No.17, Palu. Setiap tim berangkat naik mobil bak sekaligus membawa logistik.

Tim ke Kulawi, salah satu di antaranya, terdiri dari Ketua BPH AMAN Sulteng Asran Daeng Patompo, Koordinator Tim TD Annas Radin Syarif, Hasna (PEREMPUAN AMAN), Yeni Lancia Buha (Masyarakat Adat Marena), Yacob Thaha (Masyarakat Adat Bolapapu), dan Delsius (BPAN).

“Kita siap berpetualang,” kata Hasna di atas mobil bak sesaat melewati Mataue menuju Marena, Minggu sore.

Senin pagi tim Kulawi membagi langkah ke dalam empat rute. Hasna dan Delsius melaju ke Komunitas Uma, Desa Lonca dan Komunitas Uma (Poatua?), Desa Winatu. Dede Yobe dan Yacob Thaha ke Komunitas: Boladangko, Bolapapo, Tangkulowi. Asran dan Annas bersilaturahim dan mendata di Komunitas Uma, Desa Poleroa Makuhi, Komunits Marena, Komunitas Gimpu dan Komuitas Mataue, Desa Wangka. Semuanya di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi dan berjarak 3 - 4 jam dari ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, Palu.

Masing-masing anggota tim membawa form isian data (disebut Form Kajian Cepat - AMAN) yang disusun Yoga Kiply dan kemudian didiskusikan bersama pada rapat di dua hari akhir pekan lalu itu. Di samping form, setiap rombongan juga mengambil titik koordinat melalui aplikasi AMAN dan Global Positioning System (GPS). AMAN apps berfungsi seperti aplikasi Instagram dan selama di lapangan tetap menjadi andalan sekalipun tidak ada jaringan internet/seluler.

baca juga: Membangun Sistem Tanggap Darurat Berkelanjutan (2)

Form Kajian Cepat - AMAN berisi informasi setidaknya: lokasi pengkajian, kendaraan yang bisa menempuh lokasi kajian, lokasi pengungsian, kebutuhan mendesak, hingga respon bantuan. Form ini menjadi penunjuk informasi penanganan sekaligus menjadi sistem yang akan berjalan dengan sendirinya ke depan.

Dalam “operasi” singkat tersebut tim tanggap darurat yang bergerak di Kec. Kulawi telah membubuhkan sebanyak 80 titik. Semuanya (80) tersebar di komunitas-komunitas: Bolapapu, Tangkulowi, Boladangko, Mataue, Uma, Marena, Gimpu, Ngatatoro dan Uma Ree.

Pendataan dilakukan dari desa ke desa. Pendekatan ini adalah media untuk mengumpulkan data sekaligus membangun koordinasi dengan pemerintah setempat. Kemudian, data-data tersebut dituangkan ke dalam form dengan penekanan per komunitas.

Jakob Siringoringo

Writer : Jakob Siringoringo | Jakarta