Sorong, www.aman.or.id-Pengurus Daerah AMAN Sorong Malamoi, Papua Barat mengelar pemutaran enam film yang yang berjudul, Perampasan Lahan, Taktik Perusahan datang menipu Masyarakat Adat, Perjuangan perempuan-pempuan Misak di Tanzania Afrika, Hak Atas Tanah, Rencana Kehidupan dan Pemuda Kembali Kekampung Mengurus Wilayah Adat. (08/05) Acara ini dihadiri oleh lebih dari lima puluh orang yang terdiri dari para tetua adat, perempuan adat, pemuda adat dan anak-anak usia lima sampai sepuluh tahun, dari empat kampung di wilayah adat Klaben distrik Klaso, yaitu Siwis, Klalik, Klaso dan Sbaga. Kegiatan ini bertujuan mengajak Masyarakat Adat Klaben pentingnya menjaga wilayah adat demi keberlangsungan hidup Masyarakat Adat Klaben secara turun temurun. Sem Vani Ulimpa, Ketua BPH AMAN Sorong Malamoi yang menjadi moderator acara mengatakan bahwa, melalui kegiatan pemutaran film Masyarakat Adat akan dapat menyadari soal perampasan tanah adat yang sedang berlangsung saat ini. “Masyarakat Adat akan dengan mudah mengetahui banyak lahan di wilayah adat sedang dirampas oleh para investor dari perusahaan tambang, kayu dan perkebunan besar seperti kelapa sawit,” jelas Sem. Usai pemutaran film, perempuan adat, Makdalena Ulimene mengungkapkan keresahan hatinya, bahwa perusahan yang masuk wilayah adat Klaben, akan menghancurkan hutan adat, sehingga Masyarakarat Adat akan mengalami kesulitan mencari ikan di sungai, menokok sagu di dusun dan mendapatkan air minum yang bersih. “Kami bukan pegawai negeri yang tiap bulan dapat gaji dan jatah beras, tetapi kami ini, Masyarakat Adat yang tinggal di kampung. Kehidupan kami hanya bergantung pada sumberdaya alam, yang memberikan kehidupan kepada kami,” ungkap Makdalena. Menyimak film perjuangan perempuan adat Masai untuk mempertahankan wilayah adatnya di Tanzania Afrika, perempuan adat lainnya Fince Mulu angkat bicara, jika mengalami hal yang sama seperti di film tersebut, ia akan menentang pihak perusahaanm dan pemerintah. “Yang kami takuti adalah tak ada lagi ruang hidup untuk masa depan, bagi anak, cucu kami,” kata Makdalena. Sedangkan salah satu tetua adat yang hadir, Thorpinus Sapisa, menyatakan bahwa faktor yang membuat mudah tertipu berupa iming-iming sembako yang diberikan pihak perusahaan. “Masyarakat Adat mudah tertipu oleh perusahaan yang membawa sembako berupa gula, kopi, rokok dan janji-janji manis lainnya, sehingga dengan mudah menyerahkan tanah adat kepada pihak perusahaan,” Lebih lanjut Thorpinus menjelaskan bahwa, perusahaan selalu bekerja sama dengan TNI dan POLRI untuk mengambil paksa lahan milik Masyarakat Adat. Pemerintah memberikan ijin kepada kedua intansi negara tersebut untuk mengawal pihak perusahaan untuk membendung perlawanan dari Masyarakat Adat. Thorpinus juga mengingatkan kepada para pemuda-pemudi adat Klaben, untuk masa yang akan datang selaku generasi muda harus menjaga dan melindungi wilayah adat Klaben dari ancaman investasi seperti perusahaan besar PT. Mega Mustika Plantation yang sedang mengincar wilayah adat Klaben. Lebih lanjut Thorpinus mengingatkan bahwa hutan adat Klaben menyimpan sumberdaya alam yang berlimpah. Melianus A. Ulimpa- Jurnalis Warga Komunitas Adat Klaben Papua Barat

Writer : Melianus A. Ulimpa | Papua Barat