�Aku Bersama Koperasi�
10 June 2015
[caption id="attachment_586" align="alignleft" width="300"] Teguh Boediyana Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM, Agung Fajar Manajer KPAM & Titi Pangestu Radio Gaung AMAN[/caption] Jakarta 8/6/2015 - Pada tanggal 12 Juli, akan diperingati sebagai hari ulang tahun koperasi ke-68, hal ini akan menjadi momen penting koperasi untuk memperkokoh sendi perekonomian Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, bahwa struktur ekonomi di Indonesia, 98 % didominasi oleh UMKM dan koperasi, yang menjadi penjaga keseimbangan perekonomian Indonesia. Koperasi merupakan soko gurunya perekonomian Indonesia karena koperasi dapat mendidik sikap masyarakat menjadi self-helping, koperasi juga mempunyai sifat kemasyarakatan dimana kepentingan masyarakat harus lebih diutamakan daripada kepentingan diri atau golongan sendiri, sehingga dengan demikian koperasi secara tidak langsung merupakan sarana atau wadah yang dapat dijadikan sebagai tonggak perekonomian di Indonesia, khususnya bagi para anggotanya. Terkait dengan itu, maka hari Senin, 8 Juni 2015, dilakukan talkshow Aku Bersama Koperasi, merupakan kerjasama antara Koperasi Produsen AMAN Mandiri (KPAM) dan Radio Gaung AMAN (www.radio.aman.or.id), dimana pilihan tema dengan judul �Aku Bersama Koperasi� judul ini untuk menunjukkan koperasi dalam keseharian, bahwa koperasi tidak berjarak dalam rutinitas kehidupan. Koperasi menjadi solusi bagi tatanan praxis dan implementasi, bahkan koperasi sangat dekat dalam mewujudkan kesejahteraan di masyarakat adat. Sebagai Narasumber dalam talkshow ini adalah Bpk. Teguh Boediyana (Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM) dan Agung Fajar (Manajer KPAM). Talkshow dipandu oleh Titi Pangestu, dibagi dalam 3 termin, dimulai dengan memperkenalkan kedua narasumber, memaparkan isu tematik dan merespon pertanyaan audiens dari media sosial. Talkshow Aku bersama Koperasi dilatarbelakangi, Sarasehan ekonomi pada Rakernas IV AMAN (16 Maret 2015) lalu di Sorong, Papua Barat. Para peserta banyak mengungkapkan keluh kesah terkait dengan hambatan dalam berkoperasi, mulai dari perizinan yang panjang, biaya mengurus perizinan yang mahal, serta proses perizinan yang tidak transparan, ini dari sisi perijinan. Namun ada hal utama, yaitu persoalan trauma dengan pengalaman koperasi, karena pengurus yang kurang akuntabel dan transparan. Trauma tersebut seiring dengan redupnya semangat berkoperasi, yang disebabkan dengan maraknya kesalahan manajemen penanganan koperasi tersebut. Bahkan kemudian muncul kesan negatif terhadap KUD dengan plesetan singkatan Ketua Untung Duluan. Namun demikian, masih banyak koperasi di pedesaan yang menunjukkan kinerja cukup baik. Bahwa Koperasi memang menjadi satu badan usaha yang diharapkan bisa membantu mengatasi persoalan di perdesaan. Koperasi tersebut bukan hanya bisa menyediakan sarana produksi bagi petani, seperti benih, pupuk dan pembiayaan, tapi juga mendongkrak posisi tawar dalam pemasaran. Bapak Teguh Boediyana memberikan tips kepada KPAM, bahwa kunci suksesnya berkoperasi adalah partisipasi, efisien, fokus dengan produk unggulan dan secara berkala melakukan pendidikan koperasi kepada anggota. Dalam konteks pendidikan berkoperasi, Beliau menyarankan agar AMAN bersama mitra lainnya, menginisiasi adanya pendidikan jarak jauh dengan menggunakan fasilitas satelit, sehingga efisien �memangkas� biaya, karena lebih murah dan lebih efektif, juga bisa melibatkan lebih banyak peserta. KPAM dibentuk sebagai wadah untuk mewujudkan salah satu pilar yang dimandatkan oleh organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), yaitu mandiri secara ekonomi. KPAM adalah wadah untuk berhimpun wirakoperasi di masyarakat adat, untuk mendorong kemandirian ekonominya dalam mengelola sumberdaya alam, dilakukan secara berkelompok dan atau berasal dari komunitas adat. KPAM akan mendorong terbentuknya Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA) di seluruh komunitas-komunitas adat anggota AMAN. Saat ini anggota AMAN berjumlah 2.349 komunitas adat (Maret 2015) dengan anggota 15-17 Juta orang . Beliau juga menegaskan bahwa koperasi memberikan manfaat ekonomi dan sekaligus memberikan perubahan mental. Hal ini penting, untuk menunjukkan solidaritas yang baik, dari anggota dan untuk anggota. Oleh karena itu pilihan masyarakat adat untuk menetapkan BUMMA sebagai Koperasi adalah sangat tepat karena ada kesamaan dalam beberapa filosofi, yaitu : 1. Masyarakat Adat menjunjung tinggi dalam aplikasi nilai moral khususnya kejujuran dan kearifan lokal. 2. Masyarakat Adat memegang teguh nilai kebersamaan, solidaritas, kemandirian, dan gotong royong. 3. Masyarakat Adat mengedepankan azas dan mekanisme demokrasi. Dari ketiga hal di atas, ada kesamaan nilai dan prinsip koperasi dengan nilai-nilai yang dijunjung dalam kearifan Masyarakat Adat. Maka tepat, apabila Koperasi menjadi sokoguru ekonomi bagi masyarakat adat dan kelembagaan ekonomi yang tepat bagi masyarakat adat adalah koperasi, sehingga pembentukan dan pengembangan koperasi menjadi salah satu tantangan terbesar dalam melayani dan pemberdayaan, untuk mewujudkan kemandirian.****Agf
Sumber : aku-bersama-koperasi