Pemberdayaan dan Peningkatan Ekonomi Komunitas Masyarakat Adat Laiyuen dalam Usaha Rehabilitas Lahan Kritis
13 October 2024 Greselda HaurissaOleh Greselda Haurissa
Masyarakat Adat Laiyuen dan komunitas lokal di Indonesia memiliki peran penting dalam mendorong peningkatan ekonomi masyarakat, untuk mewujudkan peningkatan ekonomi Masyarakat Adat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Dana Nusantara merupakan inisiatif Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) dan Konsorsium pembaruan Agraria (KPA) yang ditujukan lansung ke Masyarakat Adat serta komunitas lokal yang dianggap sebagai garda depan pelestarian lingkungan.
Komunitas Masyarakat Adat Laiyuen menjadi salah satu komunitas yang diusulkan menerima program tersebut. Komunitas Masyarakat Adat Laiyuen adalah salah satu komunitas yang berada di Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, Indonesia. Letak geografis komunitas Masyarakat Adat Laiyuen di daerah pegunungan dengan mata pencaharian utamanya sebagai petani.
Negeri Laiyuen memiliki jumlah masyarakat sebanyak 50 kepala keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 307 jiwa, dan kehidupan mereka bergantung pada sumber daya alam.
Tetua komunitas Masyarakat Adat Laiyuen, Oktovianus Makulua mengatakan bahwa keberadaan wilayah adat Laiyuen ini pada umumnya berbukit, bergunung dan lahan yang cukup luas. Sehingga memungkinkan sering terjadi kebakaran karena adanya gesekan, dan lahan tersebut tidak pernah dikelola, sehingga permasalahan lahan kritis dan lahan kurang produktif perlu didorong agar bisa menjadi daerah yang produktif.
Ini akan mampu membuat Masyarakat Adat Laiyuen menjaga dan merawat hutan adat dan tidak dikuasai pihak manapun serta tentunya bisa dengan leluasa mengelola sumber daya alam yang dimiliki sesuai dengan kearifan lokal.
“Program pemberdayaan dan peningkatan ekonomi ini sangat penting dilakukan di komunitas Masyarakat Adat Laiyuen, mengingat ekonomi masyarakat sangat membutuhkan perhatian bersama. Masyarakat Adat menyadari pentingnya dan manfaat pengelolaan bagi kelestarian ekosistem dan iklim,” tutur Oktovianus Makulua, saat pertemuan dengan masyarakat Adat Laiyuen (13 Juni 2024), di pastori jemaat Laiyuen.
Mengingat banyaknya lahan kritis di komunitas ini, perlu adanya rehabilitas lahan oleh masyarakat agar dapat menghasilkan dan menjadi sumber pendapatan Masyarakat Adat. Misalnya saja untuk tanaman yang berhubungan dengan lokalitas seperti hasil kebun cengkeh, pala, dan rambutan.
Komunitas Masyarakat Adat Laiyuen bekerja sama dengan AMAN Saka Mese Nusa dalam melakukan program pemberdayaan dan peningkatan ekonomi dengan menanam kembali tanaman yang memiliki umur panjang. Sehingga komunitas Masyarakat Adat Laiyuen memiliki lahan produktif dan mampu menjaga hutan adat agar tidak dikuasai pihak manapun. Tentunya pengelolaan sumber daya alam tersebut sesuai dengan kearifan lokal.
Salmon Lessy, Ketua Pengurus Harian Daerah AMAN Saka Mese Nusa mengatakan peran Masyarakat Adat seluruhnya terlibat dalam program ini baik pemberdayaan ekonomi maupun rehabilitas lahan kritis.
“Sepenuhnya dilakukan oleh Masyarakat Adat Laiyuen sendiri. PD AMAN Saka Mese Nusa hanya melakukan pendampingan, penguatan kapasitas dan memfasilitasi pertemuan di kampung dan pertemuan dengan pihak instansi maupun pemerintah,” tutur Salmon Lessy pada 13 Juni 2024.
Harapannya juga, komunitas Masyarakat Adat Laiyuen mengalami peningkatan ekonomi, berkurangnya lahan kritis, terjaganya wilayah dan hutan adat dan kelak berguna bagi anak cucu ke depan.