Ritual Beberes Rengse Pamakayaan, Cara Masyarakat Adat Banten Kidul Menghormati Leluhur Saat Menggarap Lahan Pertanian
25 Januari 2025 Berita Dika SetiawanOleh: Dika Setiawan
Masyarakat Adat Banten Kidul melaksanakan ritual Beberes Rengse Pamakayaan di desa Mekarsari, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten pada Rabu, 8 Januari 2025.
Ritual yang dilaksanakan di Kasepuhan Lebak Larang ini sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur agar segala sesuatu yang mereka kerjakan saat menggarap lahan pertanian mendapat keberkahan.
Ritual ini juga sebagai bentuk pertobatan Masyarakat Adat Banten Kidul karena dalam proses menggarap lahan pertanian, diyakini ada makhluk hidup yang terganggu disela aktivitas mereka tersebut sehingga dalam ritual ini disampaikan permohonan maaf kepada makhluk hidup yang terganggu itu.
Ketua Adat Kasepuhan Lebak Larang, Abah Ata bertindak sebagai pemimpin ritual Beberes Rengse Pamakayaan. Ia yang menyampaikan permohonan maaf. Ia juga yang memohon ampun atas dosa dan segala sesuatu yang dilewati selama berlangsungnya proses ritual.
“Kami mohon ampun atas semua yang dilakukan, baik penggarapan di lahan ladang maupun di lahan sawah. Dari binatang yang terganggu, terusir, terbunuh. Dari cacingnya, ulatnya, semutnya, serta makhluk hidup yang terlihat dan tak kami lihat. Mohon ampun atas segala perbuatan kami. Dari rumputnya, sampai ke pepohonannya, mohon maaf dari kami, sudah banyak kami merusak,” demikian doa Abah Ata dalam ritual Beberes Rengse Pamakayan.
Abah menerangkan mereka telah melangsungkan penggarapan lahan di ladang maupun sawah. Dikatakannya, sudah pasti banyak yang diganggu, dari mahluk hidup terkecil hingga yang besar. Karena kegiatan ini, sebutnya, banyak makhluk hidup yang terbunuh, terusir. Jadi kita harus menyelesaikan permasalahan ini dengan cara ritual.
“Ritual itu kita namakan Beberes Rengse Pamakayaan,” terangnya.
Ritual Beberes Rengse Pamakayan. Dokumentasi AMAN
Prosesi Ritual
Dalam proses ritual Beberes Rengse Pamakayan, terdapat beberapa jenis makanan yang dihidangkan. Ini salah satu syarat untuk menjalankan ritual, diantaranya ada nasi tumpeng, telur ayam kampung, kopi pahit, kopi manis, rujak -rujakan serta makanan pendampingnya.
“Itu semua dipersembahakn untuk leluhur yang sudah mendahului kita. Meskipun, pada kenyataannya hidangan itu untukk ita makan. Sebab, dengan memakan hidangan tersebut, maka makanan itu akan sampai kepada yang dipersembahkan,” paparnya.
Sukarma, orang yang dipercaya untuk membacakan mantra dalam ritual Beberes Rengse Pamakayaan. Ia menghayati prosesi pembacaan mantra sembari menaburkan kemenyan dan gharu ke dalam dupa. Tak ada suara, hanya gerak bibir yang nampak dimata. Ketika pembacaan mantra selesai, Sukarma memutarkan dupa di atas makanan yang dihidangkan. Orang-orang yang hadir dalam ritual ini, menikmati aroma harum dari kemenyan dan gharu yang dibakar di atas dupa.
Saat pembacaan mantra dan pemutaran dupa selesai, dilanjutkan dengan pembacaan do’a selamat. Do’a ini menggunakan bahasa Sunda yang dibalut kalimat sastra. Terdengar merdu dan indah oleh telinga, membuat orang-orang mengaminkan do’a itu penuh penghayatan sembari menengadahkan tangan.
Setelah pembacaan do’a selesai, Sukarama langsung mengambil nasi tumpeng yang menjadi salah satu hidangan pokok di ritual tersebut. Sebelum nasi tumpeng dipotong, Sukarma membacakan mantra pembelahan tumpeng. Lalu, nasi tumpeng dipotong dan dibagikannya ke orang-orang sembari mengatakan:
“Iyeu tumpeng, sangu nu ges menang nyareatan ( Ini nasi tumpeng, nasi yang sudah dikasih do’a),” ujarnya sembari menyodorkan nasi tumpeng yang sudah dibelah tersebut kepada orang-orang yang hadir di acara ritual tersebut.
Mengandung Nilai Persatuan
Sukarma mengatakan ada kenikmatan berbeda ketika memakan nasi tumpeng atau makanan yang sudah dikasih do’a. Dalam ritual ini, akunya, bukan hanya sekedar menikmati makanan. Akan tetapi, ada nilai yang tidak terhitung harganya.
“Nilai kebersamaan dan persatuan. Mempererat tali silaturahmi tampak nyata dalam momen ritual ini,” tegasnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Banten Kidul