Oleh Wahyu Laksono Saputra

Masyarakat Adat di Indonesia tengah berupaya keras untuk membangun kemandirian dalam berbagai aspek kehidupan. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga untuk menjaga kelestarian budaya dan lingkungan yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Kemandirian Masyarakat Adat menjadi kunci penting untuk menjaga kelestarian budaya dan lingkungan. Dengan memanfaatkan potensi lokal, membangun kerja sama dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, Masyarakat Adat terus berupaya untuk mencapai kemandirian yang berkelanjutan. Upaya ini menjadi langkah strategis untuk menjaga keberlangsungan hidup Masyarakat Adat sekaligus melestarikan budaya dan lingkungan mereka yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Direktur Penggalangan Dana Mandiri Masyarakat Adat PB AMAN, Arifin Monang Saleh menegaskan bahwa kemandirian Masyarakat Adat sebagai kondisi di mana masyarakat dapat mengelola sumber daya alam dan budaya mereka sendiri tanpa bergantung sepenuhnya pada pihak luar.

“Kemandirian itu memanfaatkan hal yang sudah ada tanpa pengaruh dari pihak eksternal,” kata Monang dalam diskusi yang digelar di Pesinauan Sekolah Adat Osing, Selasa 13 Agustus 2024.

Direktur Pengembangan Ekonomi & Pengelolaan Sumber Daya Lestari (PEPSAL) PB AMAN Feri Nur Oktaviani juga menekankan bahwa kemandirian Masyarakat Adat mencakup pengelolaan sumber daya alam, baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Serta, pengelolaan aspek budaya yang bersifat material maupun non-material. Kemandirian ini, menurutnya, adalah syarat mutlak agar Masyarakat Adat bisa menjaga keberlanjutan hidup mereka tanpa harus mengorbankan nilai-nilai tradisional yang mereka junjung tinggi.

Nur Oktaviani menjelaskan kemandirian Masyarakat Adat merupakan suatu kondisi di mana komunitas adat mampu mengelola sumber daya alam dan budaya secara mandiri, tanpa mengorbankan nilai-nilai tradisional.

"Kemampuan suatu komunitas untuk memenuhi kebutuhannya secara berkelanjutan, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya," ujarnya.

Pengelolaan Potensi Lokal

Salah satu upaya mewujudkan kemandirian Masyarakat Adat adalah melalui pengelolaan potensi lokal. Raden Apriadi dari Sekolah Adat Bayan misalnya, menceritakan pengalamannya mengembangkan usaha madu trigona.

“Tantangan terbesar adalah mencari madu di hutan tanpa merusak lingkungan,” ungkapnya.

Namun, dengan dukungan ilmu wariga dan kerja sama dengan peternak madu lokal, usaha madu trigona ini berhasil berkembang.

Cak Samsul dari Pesinauan Sekolah Adat Osing juga berbagi pengalamannya dalam membangun komunitas seni di kampung halaman. Ia menekankan pentingnya konsistensi dalam menjaga kemandirian, termasuk membuat segala macam barang secara mandiri.

Deputi IV Urusan Sosial Budaya PB AMAN Mina Susana Setra menerangkan kemandirian tidak hanya tentang uang, tetapi juga tentang pengambilan keputusan dan pengelolaan lingkungan.

"Banyak pihak yang telah memberi dukungan untuk kemandirian Masyarakat Adat ini," imbuhnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Osing Banyuwangi

Writer : Wahyu Laksono Saputra | Osing Banyuwangi
Tag : Masyarakat Adat HIMAS 2024 Osing Banyuwangi Kemandirian Ekonomi