Pandemi Covid 19 Tak Pengaruhi Hasil Panen Masyarakat Adat Kasepuhan
01 Mei 2020 Debat Capres Henriana HatraHenriana Hatra Biro Kesekretariatan AMAN Banten Kidul
Ada beberapa peladang lainnya di Kaolotan Cisitu yang akan memulai panen raya musim ini. Kang Ohan adalah salah satu pemilik ladang dari Kaolotan Cisitu, Banten Kidul. Rencananya, ladang tersebut akan dipanen bersama sama dengan sistem “Bawon”. Bawon atau lebih sering disebut “Ngabawon” adalah sistem reward (balas jasa) oleh pemilik ladang kepada orang yang membantu panen. Dengan memakai perhitungan 5 berbanding 1. Artinya, setiap 5 bagian hasil panen, pemanen mendapatkan 1 bagian, sisanya untuk pemilik ladang.
Di Kesatuan Adat Banten Kidul (Kab. Lebak, Pandeglang, Sukabumi, dan Bogor), terdapat setidaknya 750 komunitas adat yang dikenal dengan sebutan Kasepuhan atau Kaolotan. Beberapa komunitas adat saat ini memasuki masa panen padi. Tercatat ada ratusan Komunitas Adat Kasepuhan/Kaolotan yang berada di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Sukabumi yang sedang melakukan panen raya musim ini. Panen padi tetap dilakukan lengkap dengan ritual ritual adat meski ditengah wabah pandemi Covid 19. Jenis padi ini, di Masyarakat Adat kasepuhan lebih dikenal dengan sebutan “Pare Gede”.
Komunitas adat Kasepuhan/Kaolotan mempunyai cara tradisional sendiri untuk melakukan panen. Setelah padi dipanen, kemudian diikat (satuan ikatannya disebut dengan Pocong). Ada yang unik setelah ikatan padi selesai. Yaitu pada tahap pengeringan. Masyarakat Adat menggunakan “Lantayan” sebagai media pengering padi. Lantayan biasanya terbuat dari bambu panjang yang diikatkan bersusun memanjang dan dipasang atap rumbia diatasnya. Hal ini berfungsi selain sebagai pengering padi agar terkena sinar matahari pagi dan sore, juga menghilangkan kotoran dan jamur pada padi. Itulah kenapa padi ini dapat bertahan puluhan tahun didalam lumbung.
“Lantayan” dapat dibuat memanjang Utara Selatan, ini dimaksudkan agar semua padi dapat terkena sinar matahari. Panjang Lantayan bisa mencapai 50 meter bahkan lebih. Proses “Lantayan” ini memakan waktu sekitar 14 hari. Setelah itu ikatan padi tersebut digabung menjadi ikatan lebih besar yang disebut “Pocong”. Satu pocong padi beratnya sekitar 3- 3,5 kilogram. Padi padi yang sudah dipocong inilah yang nantinya dimasukan kedalam lumbung atau yang lebih dikenal dengan “Leuit”.
Aktivitas panen juga dilakukan di Kaolotan Cisitu. Kang Ohan sendiri menyiapkan 18 meter lantayan susun 3. Masing masing warga bisa berbeda panjang lantayannya. Tergantung luas ladang yang mereka garap. “Alhamdulillah, panen musim ini berlimpah, cukup untuk cadangan sampai panen berikutnya,” demikian penuturan Kang Ohan, dari Kaolotan Cisitu.
Aktivitas panen juga dilakukan di ratusan komunitas adat lainnya di Banten Kidul. Pandemi Covid 19 tidak memberikan pengaruh terhadap siklus panen padi di Masyarakat Adat Kasepuhan. Panen musim ini membuat cadangan pangan mandiri Masyarakat Adat Kasepuhan mampu bertahan berbulan bulan kedepan.