Naiknya Permukaan Air di Danau Sentani, Papua
10 Januari 2022 Berita Apriadi GunawanOleh Apriadi Gunawan
Permukaan air di Danau Sentani yang terbentang di antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua, dilaporkan naik setinggi 70 cm pada Minggu (9/1/2022) akibat curah hujan yang besar.
Curah hujan dengan intensitas yang besar di sana, juga menyebabkan banjir dan tanah longsor di sejumlah titik di kawasan Kota Jayapura sejak Kamis (6/1/2022) malam dan menyebabkan tujuh orang meninggal.
Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan naiknya permukaan air di Danau Sentani, disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Mathius menyebutkan bahwa dalam dua hari terakhir, intensitas hujan besar terjadi di wilayah Papua, khususnya Kota Jayapura. Akibatnya, banyak longsor dan banjir di berbagai tempat di Kota Jayapura dan kabupaten lain.
“Kita berharap peristiwa (banjir) tidak terulang lagi karena itu kita monitor dan antisipasi. Kalau ini terus berlangsung, yang harus kita lakukan (adalah) untuk mengatasi supaya jangan ada korban dan aktivitas masyarakat bisa jalan seperti biasa,” kata Bupati Mathius saat meninjau lokasi banjir di Kabupaten Jayapura pada Minggu (9/1/2022).
Salah satu lokasi banjir yang ditinjau Bupati Mathius beserta jajarannya, adalah Stadion Lukas Enembe yang baru-baru ini digunakan untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua.
Mathius mengabarkan, meski area di luar stadion dipenuhi genangan air, namun situasi di dalamnya masih relatif terkendali. “Kita bersyukur (bahwa kondisi) stadion aman,” kata Mathius yang juga menjadi Ketua Umum Panitia Pelaksana Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI.
Ia mengatakan, selain menggenangi halaman stadion, banjir pula menyebabkan kenaikan permukaan air di Danau Sentani. Mathius telah memantau sejumlah perkampungan yang terdampak dari naiknya permukaan air di sana.
“Di Danau Sentani, (permukaan) air naik 70 cm dari beberapa hari lalu. Kita memantau (kalau) ada sejumlah kampung (yang terdampak),” katanya.
Mathius mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Jayapura, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompida), dan beberapa pihak terkait akan rapat untuk membahas banjir di Jayapura pada Senin (10/1/2022).
“Kita akan rapat untuk mengetahui situasi terkini dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan ke depan,” ungkapnya.
Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi sejak Kamis (6/1/2022) malam, menimpa sejumlah tempat di Kota Jayapura, termasuk Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Heram, dan Muara Tami.
Berdasarkan data dari Badan Penanggungan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua, ada lebih dari 1.000 warga yang mengungsi akibat banjir dan tanah longsor itu. Para pengungsi ditampung di Posko Penanganan Darurat BPBD Kota Jayapura.
Sementara itu, banjir yang memicu terjadinya tanah longsor juga mengakibatkan tujuh orang meninggal dunia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa sejumlah faktor menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi di Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan, suhu permukaan laut sekitar perairan Papua yang hangat, meningkatkan aktivitas konvektif. Selain itu, terpantau juga adanya pertumbuhan awan-awan penyebab hujan di Papua.
"Berdasarkan analisis citra satelit, awan-awan yang tumbuh didominasi oleh awan-awan konvektifm seperti Cumulus dan Cumulonimbus,” ungkap Fachri.
Fachri menambahkan, selain kedua faktor itu, banjir akibat hujan deras di Papua juga dipicu oleh adanya daerah belokan angin di utara Papua, yakni angin meridional dan kelembaban udara yang relatif sangat basah.
“Faktor ini memberi sumbangsih (dalam) mempengaruhi turunnya hujan dengan intensitas yang tinggi di Jayapura,” katanya.
***