Aktivitas Masyarakat Adat Baduy Kembali Normal Usai Dilanda Banjir
23 Februari 2022 Berita Apriadi GunawanOleh Apriadi Gunawan
Aktivitas Masyarakat Adat Baduy di Kabupaten Lebak, Banten, kembali normal setelah dilanda banjir dan longsor yang menyebabkan rusaknya sejumlah fasilitas umum dan rumah warga.
Banjir yang menerjang wilayah adat dari Masyarakat Adat Baduy tersebut dilaporkan mencapai 1,5 meter. Kini, banjir telah surut dan menyisakan puing-puing. Aktivitas warga dikabarkan juga sudah kembali pulih.
Kepala Desa Cibarani atau Jaro Abah Dulhani mengatakan bahwa dengan surutnya genangan air, maka tidak ada lagi rumah yang kebanjiran.
“Banjir sudah surut. Warga telah beraktivitas dengan normal,” kata Abah Dulhani pada Selasa (22/2/2022).
Ia menduga kalau banjir yang terjadi kali ini kemungkinan disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi, di mana sebelumnya hujan selama hampir empat jam mengguyur wilayah adat tanpa henti. Akibatnya, sejumlah aliran sungai meluap hingga berdampak terhadap banjirnya perkampungan Masyarakat Adat Baduy Luar.
Berdasarkan data yang dihimpun dari sejumlah saksi di lapangan, banjir yang terjadi pada 17 Februari 2022 di Desa Kanekes, Kecamatan Leuiwidamar tersebut, menyebabkan kerusakan terhadap sedikitnya empat areal persawahan, empat jembatan, lima buah saung, dan tiga rumah penduduk.
Jamal, warga adat setempat, mengatakan bahwa beberapa jam sebelum banjir melanda, hujan turun sangat deras pada Kamis siang (17/2/2022). Menjelang sore, aliran air di sungai kemudian tumpah.
“Saya kaget,” ungkapnya. “Luapan sungainya parah sekali, bahkan airnya sampai naik ke jembatan. Sebelumnya, (itu) tidak pernah."
Kepala Desa Kanekes Saija mengaku heran dengan banjir besar yang terjadi di Pos Cijahe. "(Akibat) banjir besar, pos perbatasan terendam. Tapi, sekarang sudah surut," katanya.
Ia menduga meluapnya Sungai Cibarani tersebut disebabkan pula oleh hujan di hulu kawasan Gunung Liman. Terkait dengan itu, pihaknya akan melakukan pengecekan di hulu sungai.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak juga mengatakan hal yang sama untuk melakukan penyusuran di Sungai Cibarani dan pantauan udara di sekitar hulu sungai untuk mengetahui dengan pasti apa penyebab meluapnya air di sungai tersebut.
"(Kami) mau lihat apa yang sebenarnya terjadi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Lebak Febby Rizky Pratama saat dikonfirmasi. “Dilihat dari monitoring curah hujan, hanya 90 milimeter per detik. (Itu) bukan termasuk cuaca ekstrem. Tapi, (air sungai) bisa meluap sangat besar. Ini jadi pertanyaan."
Febby menungkapkan bahwa fenomena itu menjadi yang pertama kali terjadi di wilayah adat, terutama di Pos Cijahe. Air sungai di sana sendiri pernah meluap, tapi belum pernah sampai separah itu.
Di Kampung Cijahe, Desa Kanekes, jembatan bambu yang mengalami kerusakan, antara lain Jembatan Cisadane, Jembatan Aki Baok, Jembatan Jaro Alim, dan Jembatan Lebak Pendey.
Selain banjir, longsor juga terjadi di Kampung Ciranji Pasir, Desa Kanekes. Longsor mengakibatkan tiga rumah warga mengalami kerusakan.
“Tidak ada korban jiwa, tapi hanya ada tiga rumah yang terdampak. Itu pun sudah diperbaiki," ujar Febby.
***