Pembuatan Batik Papua bersama Sanggar Batik Phoukow Faa
21 November 2022 Berita Selvi Sarah ApaserayOleh Selvi Sarah Apaseray
Menurut Efra Ramandei, mama-mama dong perlu bisa belajar bagaimana cara membuat batik, sehingga ia mengajak mama-mama di Kampung Toware di Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua, untuk ambil bagian dalam pelatihan membuat batik pada 14-18 November 2022.
Mama Blandina U. Ougge, pemilik Sanggar Batik Phoukow Faa, mengatakan bahwa Sanggar Batik Phoukow Faa sudah berdiri selama 13 tahun dengan jumlah anggota mencapai 10 orang. Selama ini, Mama Blandina sudah banyak memberikan pelatihan di berbagai tempat dan sekarang Papua Muda Inspiratif (PMI) mengajak pula untuk mengajar kelompok perempuan di Toware.
Para mama sedang mempraktikkan pembuatan batik tulis. Sumber foto: Dokumentasi AMAN.
Mama Blandina bilang, "Saya sangat senang bisa mengajar ilmu membatik saya ke mama dong semua." Ia berharap semoga dengan adanya pelatihan tersebut, mama-mama dong bisa melanjutkan terus proses pembatikan.
Di Papua, tradisi batik merupakan hal baru. Meski begitu, batik asli Papua telah menyebar ke seantero Papua, bahkan hingga keluar Papua. Banyak orang, terutama wisatawan, menjadikan batik itu sebagai oleh-oleh. Orang-orang di Papua juga turut mengenakan batik dalam keseharian maupun acara resmi. Yang kami sebut dengan batik Papua, adalah kain-kain batik yang dibuat di Papua dan mengaplikasikan corak atau motif khas kami yang terinspirasi dari seni ukir maupun motif berupa burung cenderawasih, tifa, dan lainnya yang menjadi bagian dari identitas budaya Masyarakat Adat Papua.
Teknik membatik ada banyak, tapi yang dipakai di Papua saat ini hanya dua, yaitu teknik tulis dan cap dengan material yang serupa dengan pembuatan batik pada umumnya dengan canting, lilin, dan alat cap bermotif dari tembaga.
Cara pembuatan dengan teknik tulis itu dimulai dengan pembuatan gambar menggunakan tangan. Kami memiliki ragam pewarna untuk beragam motif khas Papua. Setelah ditulis, kain-kain dibubuhkan warna dasar. Kami juga melakukan tahap perebusan untuk melepas lilin. Teknik cap juga sama. Bedanya, jika teknik tulis itu menggambar motif, sedangkan teknik cap hanya memerlukan penggunaan cap tembaga bermotif, sehingga relatif lebih mudah dan cepat.
Anggota sanggar yang hadir memfasilitasi pelatihan, antara lain Hendrikus Awanbou, Isak S. Osbabur, dan Ria Fath Fatagur. Ketiganya membantu Mama Blandina dalam melakukan pelatihan.
Efra mengatakan bahwa fungsi dari pelatihan membatik itu adalah agar mama-mama dong tidak bosan di dalam rumah. Dengan adanya pelatihan, mereka bisa menambah ilmu untuk mama-mama dong berkreasi dengan batik Papua. Selain itu, hasil dari penjualan kain-kain batik juga dapat memberikan tambahan penghasilan bagi ekonomi keluarga.
Seorang mama sedang merapikan batik tulis yang setengah jadi. Sumber foto: Dokumentasi AMAN.
Proses pewarnaan batik. Sumber foto: Dokumentasi AMAN.
Pelorotan lilin dan pewarnaan. Sumber foto: Dokumentasi AMAN.
Foto bersama para pengrajin batik di Papua. Sumber foto: Dokumentasi AMAN.
***
Penulis adalah jurnalis Masyarakat Adat Papua dari Kabupaten Jayapura.