AMAN Kalimantan Tengah Gelar Pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat Ditengah Mencuatnya Kriminalisasi
12 Desember 2024 Berita YumeroOleh : Yumero
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menggelar pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat ditengah mencuatnya konflik lahan dan kriminalisasi yang masih menjadi momok bagi Masyarakat Adat di Kalimantan Tengah.
Pelatihan yang difasilitasi oleh Pengurus Besar AMAN ini berlangsung selama tiga hari mulai 3-5 Desember 2024 di aula Bungur Hotel Putra Kahayan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Pelatihan diikuti 13 orang peserta dari pengurus Infokom, relawan AMAN, pemuda adat, Perempuan AMAN hingga sejumlah mahasiswa dari Masyarakat Adat yang kuliah di berbagai perguruan tinggi di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Pelatihan yang dibimbing langsung oleh sejumlah narasumber berpengalaman dari TempoWitnees dan wartawan Kompas ini dirancang dengan metode yang terstruktur, mulai dari pengenalan dasar jurnalistik hingga praktik langsung penulisan berita serta turun ke lapangan untuk mengumpulkan data dan keterangan dari narasumber yang kompeten.
Ketua Pelaksana Harian Wilayah AMAN Kalimantan Tengah Ferdi Kurnianto menyatakan pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat ini diharapkan bisa meningkatkan kapasitas para peserta dalam mengangkat isu-isu yang terjadi di komunitas Masyarakat Adat. Ferdi menyebut saat ini Masyarakat Adat di Kalimantan Tengah tengah dihadapkan dengan persoalan konflik lahan dan kriminalisasi. Ferdi berharap pelatihan ini dapat menjadi langkah awal untuk memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat lewat tulisan para Jurnalis Masyarakat Adat.
“Jurnalis Masyarakat Adat adalah pilar penting untuk menjaga narasi lokal tetap hidup. Mereka tidak hanya menyampaikan berita, tetapi juga memperjuangkan keadilan bagi komunitasnya,” kata Ferdi Kurnianto saat menutup pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat, Kamis (5/12/2024).
Ferdi juga menekankan pentingnya pemberitaan yang memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat ditengah maraknya kasus kriminalisasi. Menurutnya, berita yang memuat perjuangan Masyarakat Adat perlu terus dimunculkan agar di dengar oleh pemerintah. Sehingga, suara Masyarakat Adat bisa menjadi pendorong perubahan di tingkat lokal maupun nasional.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Newsroom PB AMAN Apriadi Gunawan bahwa pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat ini memberikan wawasan penting bagi peserta untuk memahami cara membuat berita dengan standar jurnalistik yang benar. Apriadi mengatakan membuat berita butuh sensitivitas dan kreativitas, tetapi tetap harus berdasarkan fakta dan kaidah jurnalistik yang baik.
“Pedoman ini harus menjadi perhatian bagi Jurnalis Masyarakat Adat agar tidak salah dalam membuat berita,” kata Apriadi Gunawan disela pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Apriadi berharap melalui pelatihan ini akan muncul para Jurnalis Masyarakat Adat yang handal dan kritis terhadap persoalan yang mendera Masyarakat Adat. Menurutnya, peran Jurnalis Masyarakat Adat sangat dibutuhkan untuk membantu perjuangan Masyarakat Adat dalam memenuhi hak dan masa depan yang lebih baik.
“Karena itu, kita terus mendorong agar pemerintah segera mengesahkan Undang-Undang Masyarakat Adat,” tegasnya.
Photo bersama peserta pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat.Dokumentasi AMAN
Menulis Untuk Kepentingan Masyarakat Adat
Thata Debora Agnessi, salah seorang peserta pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat asal Kotawaringin Barat menyatakan secara personal senang bisa ikut pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat karena narasumbernya berkualitas. Dikatakannya, pelatihan ini telah membuka wawasannya tentang pentingnya peran jurnalis dalam menyuarakan aspirasi Masyarakat Adat yang sering terpinggirkan.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi kami. Banyak pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan ini, terutama terkait ilmu jurnalistik,” terangnya
Kepala Biro Advokasi, Kampanye dan Publikasi, Pengurus Harian Wilayah AMAN Kalimantan Tengah, Wanda Franata menyatakan bersyukur pelaksanaan kegiatan pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat berlangsung sukses ditandai dengan antusiasme peserta yang sangat bersemangat mengikuti materi pelatihan dari awal hingga akhir.
Wanda berharap para Jurnalis Masyarakat Adat yang telah dilatih ini bisa aktif menulis untuk kepentingan Masyarakat Adat. Apalagi, Masyarakat Adat di Kalimantan Tengah saat ini masih menghadapi sejumlah permasalahan seperti konflik agraria, kriminalisasi hingga ketimpangan kebijakan yang tidak mendukung perlindungan Masyarakat Adat. Ironisnya, sebut Wanda, suara Masyarakat Adat sering kali terpinggirkan karena minimnya pemberitaan yang menyampaikan cerita dan aspirasi mereka.
"Karena itu, kami berharap berita yang dihasilkan para Jurnalis Masyarakat Adat nantinya tidak sebatas menjadi dokumentasi, tetapi yang terpenting menjadi alat untuk membangun opini publik yang mendukung perjuangan Masyarakat Adat," pungkasnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Kalimantan Tengah