Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi melakukan pertemuan dengan Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) Toraja Prof. Oktavianus Pasoloran di gedung Rektorat UKI Toraja pada Jum’at, 11 Juli 2025.

Dalam pertemuan yang turut dihadiri Ketua Pelaksana Harian AMAN Daerah Toraya Romba Marannu Sombolinggi beserta pemuda adat dan tim peneliti dari UKI Toraja ini, dibahas  sejumlah langkah strategis penelitian Masyarakat Adat yang merupakan tindak lanjut dari Memorandum of Understanding yang telah ditandatangani AMAN dan UKI Toraya beberapa waktu lalu.

Pertemuan kolaboratif ini juga membahas skema kerja lapangan, metodologi riset partisipatif dan pembentukan tim kolaboratif yang melibatkan unsur kampus, AMAN serta Masyarakat Adat secara langsung. Ditekankan pula dalam pertemuan ini pentingnya pendekatan interdisipliner, menggabungkan antropologi, hukum adat, pendidikan, hingga teknologi informasi dalam merancang peta jalan penelitian yang berdampak nyata.

Riset yang dirancang  AMAN dan UKI Toraja ke depan ini diharapkan tidak hanya menghasilkan publikasi akademik, tetapi juga dokumen advokasi, materi edukasi, serta rekomendasi kebijakan yang bisa digunakan oleh Masyarakat Adat dalam memperjuangkan hak-haknya.

AMAN dan UKI Toraja menegaskan pentingnya pendidikan yang  tidak tercerabut dari akar budaya. Pertemuan ilmuan kampus dan ilmuan kampung ini diharapkan menghasilkan sesuatu yang besar nantinya,  yang menempatkan Masyarakat Adat bukan sebagai obyek studi, tetapi sebagai subyek utama dalam perubahan dan pembangunan.

Kedua pihak bersepakat pertemuan ini menjadi titik awal dari kerjasama jangka panjang yang terstruktur dan terukur.

Baca juga Sekjen AMAN Menghadiri Pelatihan Paralegal Masyarakat Adat Toraya : Kita Harus Menguasai Strategi Hukum

Diskusi Sekjen AMAN dengan Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) Toraja Prof. Oktavianus Pasoloran di gedung Rektorat UKI Toraja. Dokumentasi AMAN

Model Bagi Universitas di Indonesia

Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi menyambut baik langkah progresif UKI Toraja. Baginya, keterlibatan kampus dalam mendalami isu-isu Masyarakat Adat bukan hanya langkah intelektual, melainkan juga sebuah gerakan etis dan moral dalam mengembalikan posisi Masyarakat Adat sebagai pemilik sah pengetahuan dan budaya.

“Pelibatan institusi akademik seperti UKI Toraja dalam penelitian lapangan akan memperkuat argumentasi ilmiah dalam upaya advokasi hak-hak Masyarakat Adat,” ujar Rukka.

Rukka berterima kasih kepada UKI Toraja yang telah memiliki kerinduan besar untuk  Masyarakat Adat di Toraja. Menurutnya, kerjasama akademik ini sangat penting bagi Masyarakat Adat. 

“Kami ingin kerjasama ini menjadi model bagi Universitas lain di Indonesia, bahwa membangun bangsa berarti membangun dari akar, dan akar itu adalah Masyarakat Adat,” pungkasnya.

Paradigma Masyarakat Adat

Rektor UKI Toraja Oktavianus Pasoloran mengapresiasi kerjasama ini. Dalam sambutannya, Oktavianus menekankan pentingnya perubahan paradigma dalam melihat Masyarakat Adat. Menurutnya, selama ini banyak riset hanya berfokus pada warisan budaya yang dihasilkan, seperti rumah adat, upacara, tarian, atau tenun tanpa benar-benar menggali peran dan kedalaman pengalaman hidup Masyarakat Adat itu sendiri sebagai subjek utama.

“Selama ini kita hanya terfokus pada obyek yang dihasilkan dari Masyarakat Adat, tetapi melupakan subyek utamanya yaitu Masyarakat Adat itu sendiri,” terang Oktavianus.

Ia menambahkan penelitian ke depan harus mampu merekam dan memahami struktur nilai, relasi sosial, sistem pengetahuan lokal, serta mekanisme bertahan hidup Masyarakat Adat dalam menghadapi tantangan zaman.

“Inilah esensi dari apa yang kami sebut sebagai kampus berdampak, dimana universitas tidak hanya menjadi menara gading, tetapi hadir dan menyatu dengan realitas masyarakat di sekitarnya,” papar Oktavianus.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Toraya, Sulawesi Selatan

Writer : Arnold Prima Burara' | Sulawesi Selatan
Tag : AMAN Toraya