Jika biasanya pelatihan pemetaan partisipatif wilayah adat di Kalimantan Tengah difasilitasi oleh Pengurus Daerah dan Pengurus Wilayah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), kini komunitas adat sudah mampu memfasilitasi pelatihan tersebut. Komunitas Tumbang Bahanei telah dua kali memfasilitasi pelatihan pemetaan komunitas AMAN Kalimantan Tengah lainnya. Pertama pelatihan pemetaan partisipatif wilayah adat Komunitas Tumbang Marikoi pada bulan September lalu, kemudian pelatihan di Komunitas Karetau Sarian pada tanggal 8 November. Tim fasilitator Komunitas Tumbang Bahanei terdiri dari tokoh masyarakat yaitu Otot dan Meok, serta para pemuda adat yaitu Hendro, Irawandi dan Bambang. Selain mengajarkan teori dan konsep pemetaan wilayah adat, mereka juga berbagi pengalaman tentang proses pemetaan yang telah mereka laksanakan. “Ini adalah bentuk kepedulian kami sebagai sesama komunitas AMAN, bagaimana masyarakat adat itu harus saling bahu membahu agar tidak kalah” ucap Bambang. Bambang, Hendro dan Irawandi mempelajari konsep dan praktek pemetaan wilayah adat sejak pelatihan fasilitator pemetaan yang dilaksanakan Pengurus Wilayah AMAN Kalimantan Tengah di Komunitas Tumbang Bahanei pada bulan Mei lalu. Setelah itu mereka mendapat pengalaman dari pemetaan wilayah adatnya sendiri. Kini mereka merasa bertanggung jawab untuk membagikan ilmu tersebut kepada komunitas AMAN lainnya. Di sisi lain, Otot dan Meok bertugas memberikan semangat untuk menguatkan persatuan komunitas dengan bercerita tentang suka duka dalam proses menumbuhkan partisipatif seluruh masyarakat hingga komunitas Tumbang Bahanei bisa menyelesaikan lokakarya tapal batas wilayah adat dan tinggal menunggu proses digitalisasi peta manual yang telah mereka buat. Ikatan emosional dua komunitas AMAN terasa begitu kental pada saat pelatihan berlangsung. Bagaimana komunitas Tumbang Bahanei dengan tulusnya menempuh perjalanan jauh untuk membagikan ilmu dan pengalaman, lalu komunitas Karetau Sarian membantu mereka dalam hal pengadaan akomodasi perjalanan. “Saya sangat senang dan bangga dengan kesediaan Komunitas Tumbang Bahanei yang telah membantu kami dalam pelatihan” ungkap Saniun Surai, tokoh masyarakat Karetau Sarian. Kondisi seperti inilah yang harus dipertahankan bahkan dijadikan sistem dalam pengorganisiran komunitas AMAN. “Ini bukan hal yang luar biasa, ini akan menjadi wajar, ketika komunitas merasa bahwa masalah yang dihadapi masyarakat adat sekarang adalah tanggung jawab komunitas, bukan hanya pengurus AMAN” ungkap Rinting Deputi Umum AMAN Wilayah Kalimantan Tengah. “Kita tidak menjanjikan apapun, tapi lihat mereka mau bergerak dan saling mengorganisir, ini adalah salah satu bentuk nyata dari pengkaderan,” tambahnya. Ini juga membuktikan bahwa AMAN adalah organisasi masyarakat yang berbasis massa. Di mana kekuatan sesungguhnya ada pada massa yang sadar dan ingin bangkit merebut hak-haknya yang telah tercabut selama ini. ***Pebri

Writer : Pebri | Kalimantan Tengah