Jakarta, www.aman.or.id - Akibat gempa tadi malam, Masyarakat Adat di Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur terpaksa mengungsi keluar rumah. Gempa yang sempat diinfokan berpotensi Tsunami itu membuat masyarakat panik. Sepanjang malam (5-6/8), mereka terjaga. Mereka juga belum mendapat tempat berteduh.

Pagi tadi, pukul 7:00 Wita, tenda-tenda baru didirikan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membawa tenda-tenda untuk didirikan. Selain itu, warga pun turut membangun tenda darurat dari terpal.

“Tadi malam para pengungsi belum mendirikan tenda, sebab masih bersiaga menunggu informasi terbaru. Mereka harus menahan dingin hingga terang tanah tiba,” kata Syahnil, Infokom AMAN NTB saat dihubungi via telepon.

Data yang diperoleh dari lapangan, jumlah pengungsi di Kecamatan Pringgabaya mencapai 11.000 orang. Mereka tersebar di tiga tenda darurat yang didirikan BNPB maupun inisiatif warga. Sedangkan jumlah rumah yang rusak di Pringgabaya menurut data posko bencana Pringgabaya sebanyak 500 rumah.

Saat ini kebutuhan yang ditunggu-tunggu para pengungsi di antaranya yang paling mendesak adalah air minum. Pasokan air ke tenda-tenda belum memadai. Selain itu, keperluan lain adalah makanan cepat saji serta obat-obatan.

Korban

Informasi yang dilaporkan Syahnil, sejauh ini korban meninggal dunia terdata sebanyak 92 orang. Korban meninggal paling banyak ada di Kabupaten Lombok Utara dengan jumlah 75 jiwa. Masih di KLU, dari data BPBD, lanjut Syahnil, terdapat 63 orang yang mengalami luka berat dan mengalami luka ringan sebanyak 64 orang. Korban meninggal berikutnya ditemukan di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 9 orang. Lalu, di Kabupaten Lombok Tengah 2 orang, Kota Mataram 4 orang dan Kabupaten Lombok Timur 2 orang.

Kabupaten Lombok Utara menjadi daerah paling parah dengan jumlah korban meninggal paling banyak. Di sana juga jumlah pengungsi mencapai 30.000 orang. Sebagaimana diketahui bahwa pemukiman di sini berjarak paling pendek dari pusat gempa, yakni 27 kilometer Timur Laut Lombok Utara.

Jakob Siringoringo - Infokom PB AMAN

 

Writer : Jakob Siringoringo | Jakarta