Jakarta (31/8), www.aman.or.id - Musyawarah Wilayah III AMAN Sulawesi Tengah akhirnya bermufakat menyepakati Asran Daeng Patompo sebagai Ketua BPH periode 2018-2023. Ia menggantikan Rizal Mahfud, periode 2013-2018.

Sidang pemilihan Ketua BPH dipimpin Ketua DAMANWIL terpilih. Sebelumnya, pimpinan sidang membacakan kriteria Ketua BPH sesuai dengan AD/ART AMAN.

Selanjutnya, setiap Pengurus Daerah bermusyawarah dengan komunitas, lalu mengusulkan satu nama. Hasilnya dikirim ke meja pimpinan sidang.

Sesuai kesepakatan yang menjadi Ketua BPH adalah pengumpul suara terbanyak. Pada momentum yang ditunggu-tunggu ini terdapat tiga calon Ketua BPH: Asran Daeng Patompo mendapatkan 7 suara, Demus Paridjono memperoleh tiga suara, dan Weani mengantongi 1 suara.

Muswil AMAN Sulteng berjalan selama dua hari: 27-29 Agustus 2018. Muswil yang berlangsung di Desa Khatulistiwa, Kecamatan Tinombo Selatan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah itu dihadiri 113 dari 221 komunitas anggota AMAN Sulteng.

Muswil dihadiri Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi dan DAMANNAS Region Sulawesi Nedine Helena Sulu. Selain itu, hadir juga Eustobio Renggi selaku Deputi I Sekjen AMAN.

Sebelum musyawarah mufakat memilih Ketua BPH, Muswil bermusyawarah mufakat terlebih dahulu untuk menentukan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DAMANWIL.

Dalam demokrasi deliberatifnya Masyarakat Adat, mufakatnya hanya membutuhkan waktu kurang dari seperempat jam. Sesuai kesepakatan bahwa setiap dua Pengurus Daerah mengutus satu nama untuk DAMANWIL bisa perempuan atau laki laki. Begitu juga dengan organiasi sayap.

Lima orang perutusan Pengurus Daerah, satu orang perutusan organisasi sayap PEREMPUAN AMAN dan satu orang perutusan organisasi sayap BPAN (total: 7) terpilih menjadi Dewan AMAN Wilayah Sulawesi Tengah periode 2013-2018.

“Duduk bersama kemudian bermusyawarah lalu mengutus. Tidak sampai 15 menit sudah menghasilkan nama-nama yang dipercayakan untuk menjadi Dewan AMAN Wilayah,” ujar Nedine.

Mereka adalah Rizal Mahfud (Ketua), Dahlin (Wakil Ketua I), Rukmini Toheke (Wakil Ketua II), Rifai, Yacob Thaha, Basir Tjinong dan Nurlin.

Dalam persiapan Muswil III AMAN Sulawesi Tengah ikut terlibat juga Pemerintah kecamatan dan desa setempat.

Ritual penyambutan

Pembukaan Muswil AMAN Sulteng diawali dengan arak-arakan dari komunitas menuju lokasi Muswil yang dibangun dengan kanopi.

Dua pesilat berkostum hitam saling mengayun pedang yang dipegang masing-masing di tangan kanan. Serentak tangan kiri keduanya yang memegang tombak turut menangkis serangan satu sama lain. Atraksi diiringi tabuhan rebana.

Rombongan Sekjen AMAN dan peserta Muswil menyaksikan silat tradisional sesaat setelah memasuki “gapura” lokasi Muswil.

Kaliafo, nama silat yang mereka pertunjukkan. Silat ini bermakna sebagai tanda untuk menjemput tamu atau undangan.

“Kaliafo nama silatnya, untuk menjemput tamu,” kata Asran saat dihubungi aman.or.id

Kemudian seorang tetua adat “membasuh” kaki Sekjen AMAN menggunakan dedaunan tertentu khusus untuk ritual adat dari Masyarakat Adat Tajio. Secara terinci, kaki-kaki pertama kali diinjakkan di atas benda keras.

Ritual “basuh” merupakan bentuk penghargaan terhadap Sekjen, Pemerintah setempat dan rombongan peserta Muswil.Rombongan kian mendekat ke lokasi Muswil: Rumah Adat Khatulistiwa. Para perempuan berpakaian adat berwarna emas menari tarian Tajio.

“Tarian itu merupakan penjemputan para tamu yang telah tiba di Komunitas Adat Tajio, khususnya di lokasi Muswil,” Dahlin menuturkan dari ujung telepon.

Makan sirih dan pinang menjadi lanjutan penyambutan bagi Sekjen AMAN beserta rombongan. Lalu beras kuning dihambur sebagai pertanda para tamu telah tiba dengan selamat sekaligus perlambang Komunitas Adat Tajio yang subur.

“Makan sirih dan pinang agar sepanjang acara, Muswil diberkati Yang Kuasa dan direstui leluhur,” ujar Ketua BPH AMAN Sulteng terpilih.

Jakob Siringoringo - Infokom PB AMAN

Writer : Jakob Siringoringo | Jakarta