"Batu adalah tulang, tanah adalah daging, air adalah darah dan hutan adalah kulit, paru-paru dan rambut," adalah falsafah hidup Orang Molo yang menjadi pegangan hidup Mama Aleta, dan sebagai perempuan Molo adalah tanggungjawabnya untuk menjaga tanah, identitas dan sejarahnya.

Tangguh dan berani sangat pas menggambarkan Mama Aleta, seorang perempuan dari pegunungan Nausus, Molo, NTT. Perempuan kelahiran 16 Maret 1963 ini berhasil menghentikan perusahaan tambang marmer yang akan menghancurkan tanah leluhurnya. Ia gigih memimpin perlawanan dengan mengorganisir kampung-kampung dan menggerakkan jaringan masyarakat sipil yang dia kenal. Penghargaan bergengsi The Goldman Environmental Prize tahun 2013 hingga penghargaan Bintang Perempuan Awards 2018 adalah bukti pengakuan kerja keras beliau. Tentu masih teringat di benak kita semua, perjuangan Mama Aleta bersama tiga perempuan awal tahun 90-an. Tanpa lelah ia melawan perusahaan tambang marmer yang merusak gunung keramat Suku Molo. Mama Aleta menggerakkan perlawanan dari kampung ke kampung. Berjalan kaki berjam-jam adalah hal biasa. Perlawanan tersebut direspon dengan tindakan kekerasan dari perusahaan. Mama Aleta terpaksa lari ke hutan bersembunyi dari ancaman pembunuhan. Perlawanan Mama Aleta berlangsung selama 11 tahun. Perlawanan memuncak pada tahun 2006. Mama Aleta berhasil menggalang dukungan ratusan penduduk desa. Sebanyak 150 perempuan menenun di depan pintu tambang. Mereka menduduki Bukit Anjaf dan Bukit Nausus selama satu tahun. Gelombang solidaritas dari luar Molo ikut mendukung pejuangan Orang Molo. Pada akhirnya aktivitas penggalian tambang dapat dihentikan pada tahun 2007, sehingga tahun 2010 perusahaan secara resmi menarik diri dari Molo. Kini, Mama Aleta aktif memimpin upaya melindungi dan menanami kembali hutan yang dirusak oleh perusahaan. Mama Aleta juga memperkuat kemandirian ekonomi berbasis pengetahuan tradisional, karena beliau percaya dengan ekonomi yang kuat maka Masyarakat Adat tidak akan gampang ditipu oleh janji palsu perusahaan. Mama Aleta saat ini adalah Anggota Dewan AMAN Nasional mewakili region Bali-Nusra dan merupakan salah satu pendiri PEREMPUAN AMAN. Sosok Mama Aleta menjadi inspirasi bukan hanya di kalangan perempuan adat tetapi di kalangan masyarakat luas, di Indonesia dan di dunia. Mama Aleta memperluas perjuangan untuk melindungi hak-hak Masyarakat Adat dengan menjadi anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 - 2019. Beliau melanjutkan maju pada Pileg 2019, sebagai calon anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Nomor Urut 2 - Dapil II Nusa Tenggara Timur. Dengan kegigihannya berjuang bersama Masyarakat Adat, ia layak menjadi wakil rakyat. Mama Aleta maju bukan sekedar untuk mendapatkan kekuasaan, melainkan untuk menjaga dan melindungi Masyarakat Adat di Nusa Tenggara Timur dan Indonesia. Mama Aleta, dari Gunung Nausus menuju Senayan. Rukka Sombolinggi - Sekretaris Jenderal AMAN

Writer : Rukka Sombolinggi | Jakarta