Jakarta (2/6/2019), www.aman.or.id - Salah satu pendiri AMAN, Ibunda Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi, Den Upa Rombelayuk, wafat dini hari tadi di Toraja, Sulawesi Selatan. Ia menutup usia genap 74 tahun.

Ibu Den, demikian dia disapa, wafat setelah dia sempat dibawa ke rumah sakit akibat tiba-tiba merasa sesak dan drop, pukul 11 malam kemarin. Kerabat, kolega, teman seperjuangan dan keluarga besar Masyarakat Adat se-nusantara seketika dikejutkan dengan kabar berpulangnya Ibu Den. Semua orang tidak menyangka kepergiannya begitu tiba-tiba.

Pasalnya, Koordinator Dewan AMAN periode 1999-2003 itu masih sempat mengirim foto di WhatsApp Group Gerakan AMAN. Foto yang dikirim sekitar pukul 19:31 Wib itu mengomentari berpulangnya Ibu Negara 2004-2014 Ani Yudhoyono. Keterangan fotonya berbunyi: “Saat Presiden SBY berkunjung ke Toraja didampingi Ketua BPH AMAN Toraya”.

[caption id="attachment_43849" align="alignnone" width="1024"] Foto terakhir yang dibagikan Ibu Den di WA Group Gerakan AMAN[/caption]

Ucapan turut berduka datang dari semua kolega yang sangat mencintainya, terutama warga Masyarakat Adat Nusantara.

Abdon Nababan, Sekjen AMAN periode 2007-2017, misalnya menulis:

“Ibu Den Upa Rombelayuk, salah seorang Penggagas/Pendiri/Deklarator AMAN, Mantan Kordinator Dewan AMAN 1999-2003, Anggota DAMANNAS 2003-2012, Anggota DAMANWIL Sulsel, Ibunda dari Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi, telah meninggal dunia tengah malam tadi di Toraja. AMAN berduka dan kehilangan seorang pejuang hak Masyarakat Adat yang tidak kenal lelah semasa hidupnya. Mohon doa untuk kelancaran perjalanan beliau memenuhi panggilan pulang Sang Khalik. Mohon keikhlasannya untuk memaafkan jika selama berinteraksi di AMAN ada yang tidak berkenan.”

Sementara itu Boedhi Wijardjo juga menulis pesan di WA Gerakan AMAN:

Saya turut berduka dan bersedih serta merasakan kehilangan seorang sahabat yang baik, konsisten dengan bicaranya yang meledak-ledak penuh semangat. Seumur hidupnya dipergunakan untuk berjuang bersama kawan-kawan dalam memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi Masyarakat Adat di Indonesia.

Saya masih ingat bagaimana susahnya menerima tekanan dan bagaimana mensiasati agar ada pertemuan yang bersejarah di atas bumi Toraja yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya sebuah organisasi yang bernama JAPHAMA yang nota bene juga memberikan andil besar/memprakarsai lahirnya AMAN.

Meskipun sudah sangat lama tidak bertemu namun terakhir sempat berkomunikasi dengan hangat dan penuh senyuman dengan beliau. Sebagai manusia biasa, saya tidak pernah menyangka itu adalah komunikasi yang terakhir kali dengan beliau. Selamat jalan Bu Den Upa yang terlebih dahulu pergi meninggalkan kita bersama.

Ibu Den, mohon, jangan lagi merasa kuatir dengan AMAN.... karena penerusmu tak terbilang jumlahnya dan saya yakin mereka akan mampu mrnghadapi semua tantangan yang ada pada jamannya.

Semoga Allah menerima amal baiknya semasa hidupnya (dari Boedhi Wijardjo, salah seorang sahabatmu yang tidak pernah berselisih pendapat denganmu dan suamimu, namun lebih banyak berkelakar dan rasan-rasan rejim orba pada saat itu).

Ideng Putri menulis kisah tersendiri lagi:

Wani inna lillahi waina iroziun, kami keluarga besar Paser (Kaltim-red) turut berduka cita atas perginya Ibu Den Upa. Selamat jalan Ibu Den Upa! Ada satu hal kenangan yang tak pernah aku lupakan dari seorang Ibu Den Upa ini, yaitu ketika kami menutut hak kaum perempuan pada saat KMAN Pertama di (Bundaran) HI. Waktu rapat, kami dibagi-bagikan satu buah sapu untuk diayun-ayun ke atas apabila dalam forum rapat tidak mendengarkan suara kaum perempuan.

Saya kira kami disuruh nyapu, taunya itu tujuannya supaya suara kaum perempuan didengar dalam mengambil keputusan.

Ini seorang ibu yang hebat patut dicontoh. Sekali lagi Ibu Den Upa selamat jalan semoga diterima amal ibadahnya.

Jakob Siringoringo

Writer : Jakob Siringoringo | Jakarta