Oleh Supriadi

Pada saat itu, dering telepon seluler saya berbunyi. Ternyata seorang teman dari tim penulis buku Kisah dari Kampung di PB AMAN, memberi tahu saya bahwa kampung saya terpilih sebagai salah satu dari sekian kampung di Nusantara yang masuk ke dalam kegiatan penulisan atau pendokumentasian. Saya Supriadi dan berasal dari Komunitas Masyarakat Adat Anak Talang, Talang Mamak di Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

Kala itu, perasaan saya senang bercampur gugup. Sebab, selain kampung saya yang terpilih, itu juga adalah pengalaman baru saya menulis untuk sebuah buku.

Waktu saya turun ke lapangan untuk mengunjungi narasumber yang ingin diwawancara, saya dihadapkan dengan kendala-kendala, termasuk cuaca, di mana saat itu telah masuk musim hujan, sehingga mengakibatkan jalanan berlumpur. Kemudian, ada pula kesulitan untuk menjumpai narasumber karena kendala waktu. Umumnya mereka berkerja di kebun sehari-hari.

Di saat mengali informasi kepada narasumber yang lebih tua, terkadang saat diberi satu pertanyaan, mereka bercerita panjang lebar. Itu membuat saya bingung dan segan untuk memberhentikan mereka bercerita karena mereka lebih tua.

 


Supriadi sedang berkebun. Sumber foto: Dokumentasi pribadi.

Lalu, ketika informasi sudah didapat dari semua narasumber, tibalah saatnya yang paling sulit, yaitu menyusun bahan-bahan yang telah terkumpul menjadi sebuah cerita. Di situ, saya dituntut untuk berpikir agar informasi dan pertanyaan yang sudah saya berikan kepada narasumber, dapat saling berhubungan hingga menjadi sebuah cerita yang bagus dan indah untuk dibaca.

Selain itu, untuk membuat cerita menjadi lebih bagus, dibutuhkan foto yang berhubungan dengan cerita yang diangkat. Untuk mengambil gambar itu, ternyata bukan hanya sekadar mengambil gambar. Suatu foto yang bagus, diharapkan bisa menguatkan kisah yang ditulis. Jadi, dalam memotret, saya agak kesulitan karena latar belakang saya yang belum memiliki pengalaman dalam memotret foto.

Di saat cerita dan foto sudah didapat, tiba-tiba terjadi kendala lain. Hanphone saya hilang. Itu mengakibatkan saya sulit berkomunikasi dengan pendamping saya, yaitu kawan jurnalis yang bernama Zulyani Evi.

Setelah beberapa minggu, saya baru bisa kembali berkomunikasi dengan tim, sehingga cerita yang saya tuliskan, akhirnya menjadi sebuah buku dan telah diluncurkan saat Perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) dan 23 Tahun AMAN pada 17 Maret 2022 lalu.

Saya berharap buku Kisah dari Kampung tidak hanya sampai di situ. Semoga ada jilid kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Sebab, masih banyak kisah yang mesti dituliskan dan perlu diketahui banyak orang.

Dengan terbitnya buku ini, tentu menjadi semangat bagi banyak pemuda adat di kampung yang menulis untuk menceritakan kisah kampungnya.


Sampul buku Kisah dari Kampung. Sumber foto: Dokumentasi AMAN.

***

Penulis adalah pemuda adat dari Komunitas Masyarakat Adat Anak Talang yang merupakan bagian dari Masyarakat Adat Talang Mamak di Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

Tag : Kisah dari Kampung Supriadi Tongka Anak Talang