oleh Samrizal

Jakarta (18/6/2016) - Pemuda adat Talang Mamak melanjutkan proses pencarian identitas mereka atau yang biasa disebut Menelusuri Jejak Leluhur. Kali ini, mereka bergerak ke komunitas Dubalang Anak Talang, Talang Mamak Indragiri Hulu Riau. Di sana mereka melakukan patroli hutan adat sekaligus membuat film selama dua hari 15-16 Juni 2016. Rombongan Menelusuri Jejak Leluhur ini terdiri atas BPAN Talang Mamak, Pemuda Sembilan Dubalang Anak Talang dan dua orang dari Hakiki, sebuah organisasi yang memiliki kepedulian terhadap kondisi masyarakat adat di Riau, Ari dan Kidung.

Baca juga: BPAN Talang Mamak, Bergerak Meninggalkan Alasan Tak Produktif

�Patroli hutan adat yaitu meninjau hutan, ingin tahu rusak atau tidak,� kata Jony Iskandar, salah satu anggota Pemuda Sembilan, saat dikonfirmasi lewat telepon, Sabtu (18/6).

BPAN Talang Mamak Patroli Hutan Adat

Rombongan patroli sedang beristirahat. [Dok. Arwan Oscar]

Dalam patroli hutan adat ini mereka menemukan beberapa potensi alam yang indah. Potensi dimaksud merupakan gambaran hutan alami yang terjaga dengan siklus kehidupan manusia, binatang, dan lingkungan berkaitan erat. Hutan adat alami ini menjadi satu contoh bagaimana alam lestari yang membuat manusia hidup dalam alam yang indah dan berkecukupan. Sudah rahasia umum bahwa alam lestari laiknya dalam gambaran itu sudah sulit ditemukan sekarang ini.

Menurut penuturan Jony patroli hutan adat ini sudah berlangsung sejak 2013. Namun selama itu masih berkisar memperhatikan kondisi hutan. Belakangan muncul ide untuk mendokumentasikan kondisi terkini hutan adat dalam bentuk video.

Tidak jauh dari hutan adat yang bisa menjadi rujukan sebagai hutan lestari yang berjabat erat dengan masyarakat adat, itu ternyata kerusakan hutan pun sudah merambat. Adalah PT. Sinaga yang turut merusak hutan adat Dubalang Anak Talang. PT. Sinaga setidaknya telah membabat hutan adat seluas 800 hektar.

Juga kerusakan hutan terjadi di sekitar Air Abadi seluas 60 hektar. Kerusakan lain terdapat pada tiga gua yang merupakan hulu sungai: Sungai Pompang, Sungai Kandis, dan Sungai Ulu Tenaku. Ketiga gua dan Air Abadi ini merupakan sumber mata air bagi masyarakat Dubalang Anak Talang. Mata air ini sangat vital bagi keberlangsungan hidup masyarakat adat Dubalang Anak Talang. Bisa dibayangkan jika dalam sewindu atau satu dekade ke depan masih terus dilanjutkan perusakan hutan bakal terjadi kekeringan di komunitas Dubalang Anak Talang.

13432143_1721049864827201_3835412456417822163_n

Sungai Pompang [Dok. Arwan Oscar]

Arwan Oscar, anggota BPAN Talang Mamak yang sekaligus merangkap biro Infokom AMAN Indragiri Hulu (Inhu), melihat kerusakan hutan adat tersebut, ia pun bergerak cepat bersama-sama pemuda adat Talang Mamak lainnya melakukan aksi. Dalam kerja-kerja Menelusuri Jejak Leluhur, dia bersama kawannya terus mendorong para generasi muda adat di sektarnya untuk memperjuangkan wilayah adatnya.

�Melihat kondisi sekarang 5-10 tahun ke depan kita mungkin akan mengalami kekeringan air bersih,� tulis Arwan Oscar dalam status facebooknya.

Pada kesempatan yang sama, dalam rangka patroli hutan adat ini, rombongan juga membuat film dokumenter tentang kerusakan hutan di sekitar perairan sungai. Film ini bertujuan untuk menunjukkan kondisi kerusakan hutan khususnya di perairan sungai.

�Film yang kita buat itu mengenai kerusakan hutan di perairan sungai. Ini adalah salah satu sisi dari hutan adat Dubalang Anak Talang yang luasnya � 24.000 hektar,� kata Aan Pardinata, anggota BPAN Talang Mamak.

Sumber : patroli-hutan-adat