
Rakernas AMAN VIII Rumuskan Arah Gerak Organisasi Untuk Memperkuat Resiliensi Masyarakat Adat
21 April 2025 Berita Arman Seli dan Joanny F.M. PesulimaOleh Arman Seli & Joanny F.M. Pesulima
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) VIII berhasil merumuskan arah gerak organisasi untuk memperkuat resiliensi Masyarakat Adat dalam menghadapi tekanan pembangunan yang merusak.
Rumusan yang ditetapkan diakhir penutupan Rakernas ini semakin meneguhkan komitmen AMAN untuk memperkuat konsolidasi internal, memperluas pengakuan atas wilayah adat, serta mendorong pengesahan Undang-Undang Masyarakat Adat yang telah lama diperjuangkan.
Rakernas yang berlangsung selama tiga hari ini juga menghasilkan rumusan program kerja jangka menengah yang mencakup penguatan sekolah adat, digitalisasi pengetahuan lokal, konsolidasi gerakan perempuan dan pemuda adat, serta perluasan pengakuan hukum adat di tingkat lokal dan nasional.
Rakernas juga memperkuat jaringan solidaritas antar komunitas Masyarakat Adat di seluruh Nusantara—dengan tekad untuk tetap berdiri kokoh di tengah badai pembangunan yang merusak.
Ketua Dewan AMAN Nasional (DAMANNAS), Stefanus Masiun menyatakan hasil Rakernas ini sangat strategis ditengah ketimpangan struktural yang dihadapi Masyarakat Adat. Ia menyebut sejatinya Masyarakat Adat hidup di atas tanah yang kaya sumber daya, namun kerap dimiskinkan oleh pembangunan yang eksploitatif. Menurutnya, hal ini sebagai ironi besar yang terus dihadapi oleh Masyarakat Adat.
Masiun mengaitkan situasi ini dengan teori “kutukan sumber daya alam” dari ekonom Richard Auty, yang menjelaskan bahwa kekayaan alam dapat berubah menjadi petaka jika tidak dikelola secara adil dan berpihak pada Masyarakat Adat.
“Pembangunan seharusnya menciptakan kesejahteraan dan keberlanjutan. Tapi realitanya, justru merusak dan menyingkirkan Masyarakat Adat dari wilayah hidupnya,” kata Masiun dalam sambutannya saat menutup Rakernas AMAN VIII di komunitas Masyarakat Adat Kutai Adat Lawas Sumping Layang, desa Kedang Ipil, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pada Rabu, 16 April 2025.
Rakernas VIII resmi ditutup dengan pembacaan Janji AMAN oleh Sekretaris Jenderal Rukka Sombolinggi, disusul pemukulan gendang oleh Ketua DAMANNAS Stefanus Masiun bersama tokoh adat dan panitia sebagai simbol semangat kolektif. Kemudian, doa penutup yang dipimpin Agustinus Hairudin menjadi pengingat bahwa perjuangan ini bukan semata kerja organisasi, melainkan juga panggilan batin yang suci.
Para peserta Rakernas AMAN VIII telah kembali ke masing-masing komunitas Masyarakat Adat dengan membawa bekal hasil Rakernas yang akan diterjemahkan dalam kerja-kerja konkret di lapangan.
Masiun menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan Rakernas AMAN VIII yang berjalan lancar dan efisien. Menurutnya, sidang-sidang Komisi yang berjalan tepat waktu mencerminkan kedewasaan organisasi dalam menghadapi perbedaan pandangan.
“Dialog bukan untuk memecah, melainkan memperkuat. Ini yang membuat kita berbeda dan bertahan,” tegasnya.
Masiun juga mengapresiasi kerja keras panitia, khususnya Steering Committee, yang berhasil merumuskan draf program kerja dengan cermat.
Pada kesempatan ini, Masiun menekankan pentingnya dukungan Pemerintah Daerah dalam pengakuan Masyarakat Adat. Ia berharap Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dapat mengambil langkah konkret untuk mengakui komunitas Masyarakat Adat Kutai Adat Lawas Sumping Lawang, yang selama ini menjadi penjaga nilai dan identitas adat di wilayahnya.
Momen Pembelajaran Bagi Warga Kedang Ipil
Kepala Desa Kedang Ipil, Kuspawansyah turut menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada desanya sebagai tuan rumah. Ia menilai Rakernas AMAN ini sebagai momen pembelajaran berharga bagi warga desa Kedang Ipil.
“Dengan semangat Rakernas, kami akan terus memperjuangkan hak dan martabat Masyarakat Adat seperti yang diwariskan oleh para leluhur,” katanya sembari menambahkan berkah dari kegiatan Rakernas ini, desa Kedang Ipil memiliki fasilitas gedung baru yang dapat digunakan untuk kepentingan bersama.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Sulawesi Tengah dan Maluku