Oleh Maruli Simanjuntak

Ompu Denata boru Hutabarat, salah seorang korban kekerasan dari komunitas Masyarakat Adat Lamtoras, akhirnya ditemukan selamat setelah bersembunyi di dalam hutan pasca penyerangan brutal yang dilakukan ratusan pekerja PT Toba Pulp Lestari (TPL) di wilayah kelola Masyarakat Adat Sihaporas.

Perempuan adat berusia 62 tahun ini sempat dilaporkan hilang saat terjadi bentrokan berdarah di Buntu Panaturan, Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada Senin, 22 September 2025. Namun, sehari kemudian Ompu Denata kembali ke rumahnya dalam kondisi kaki terluka.   

Ompu Denata bercerita saat terjadi serangan pekerja TPL, dirinya memilih menyelamatkan diri ke rumah salah seorang warga. Namun, tak lama kemudian rumah itu dibakar oleh pekerja TPL sehingga dengan terpaksa Denata berlari ke arah hutan.

“Saya pergi ke hutan, setelah rumah itu dibakar. Saya melihat kawanku yang lain dipukuli. Saya terus bersembunyi masuk ke hutan, hanya bisa berdoa,” ujarnya dengan suara bergetar.

Ompu Denata bertahan seharian penuh di dalam hutan. Ketika malam tiba, ia mencoba keluar untuk pulang ke rumahnya. Namun di tengah perjalanan, Ompu Denata kembali melihat segerombolan orang tak dikenal yang diduga preman bayaran TPL berkeliaran di sekitar lokasi.

“Saya lihat ada segerombolan orang bayaran TPL, saya takut. Saya ambil tenda pembungkus pupuk kompos, lalu saya tengkurap dibawahnya sambil terus berdoa agar jangan ketahuan,” tuturnya.

Ompu Denata semakin takut ketika mendengar suara drone. Bunyi drone tersebut terdengar jelas saat berputar di atas kepalanya.

“Saya hanya berdiam diri dibalik tenda sambil berdoa,” imbuhnya.

Dalam kondisi penuh ketakutan, Ompu Denata akhirnya tertidur di bawah terpal tenda hingga fajar menyingsing. Sekitar pukul 06.00 Wib, Ompu Denata terbangun. Ia kemudian memantau keadaan sekitar. Melihat situasi mulai tenang, Ompu Denata memberanikan diri melanjutkan perjalanan pulang dengan kondisi kaki sakit.

“Saya tiba di rumah sekitar pukul 10.00 Wib. Kehadiran saya disambut dengan isak tangis keluarga yang mengira saya hilang,” kata Ompu Denata usai tiba di rumahnya pada Selasa, 23 September 2025.

Pekerja TPL saat melakukan penyerangan Masyarakat Adat di Sihaporas. Dokumentasi AMAN

Negara Tidak Boleh Kalah Dengan TPL

Ratusan karyawan PT Toba Pulp Lestari (TPL) kembali menyerang Masyarakat Adat di Buntu Panaturan, Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang  Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada Senin, 22 September 2025.

Penyerangan yang dilakukan secara brutal pada pukul 08.40 Wib ini menyebabkan 33 orang Masyarakat Adat terluka parah, termasuk seorang anak penyandang disabilitas. Sejumlah rumah Masyarakat Adat juga ikut dirusak, 10 motor dibakar, satu mobil pick up dibakar dan posko perjuangan dirusak.

Pengurus Lembaga Adat Lamtoras menyebut hingga kini, 14 korban bentrokan dari Masyarakat Adat Sihaporas masih dirawat di rumah sakit. Tak hanya korban luka, kerugian material juga sangat besar. Posko perjuangan Masyarakat Adat Sihaporas dibakar, lima gubuk pertanian hangus, empat rumah warga dibakar sepuluh sepeda motor dibakar, delapan sepeda motor dirusak, satu unit mobil pick-up hangus, serta barang-barang pribadi seperti surat-surat, ijazah, enam telepon genggam, satu laptop, dan satu mesin pencacah rumput turut musnah.

Pengurus Lamtoras menuntut negara segera menghentikan tindakan kekerasan berulang yang dilakukan TPL dan menegakkan hukum terhadap para pelaku serta pihak yang bertanggung jawab.

“Negara harus segera menghentikan kekerasan yang dilakukan TPL. Negara tidak boleh kalah dengan TPL,” tegasnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Tano Batak, Sumatera Utara

Writer : Maruli Simanjuntak | Tano Batak, Sumatera Utara
Tag : Korban Kekerasan TPL Penyerangan di Sihaporas