Oleh Apriadi Gunawan

Sekretaris Jenderal (Sekjen) AMAN Rukka Sombolinggi menyatakan bahwa AMAN harus punya strategi jauh lebih kuat ketika wilayah adat sudah dipetakan semua. Kita harus terlihat dan kuat di kampung. Tidak ada lagi alasan bagi Pengurus Wilayah (PW) dan Pengurus Daerah (PD) untuk tidak mengunjungi komunitas Masyarakat Adat.

“Pekerjaan kita ke depan, berat,”kata Rukka saat menggelar acara konsolidasi dengan PW dan PD di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 30 Januari 2023.

Ia mengatakan, dalam lima tahun sebelumnya, kita luar biasa karena mampu melewati masa pandemi. Menurutnya, AMAN berhasil melampaui ujian itu dan membuktikan Masyarakat Adat terorganisasi, terpimpin, dan kokoh, tidak seperti organisasi lain yang terjun bebas.

Rukka menambahkan kalau selama pandemi, PD yang awalnya tidak ada kabar, justru aktif bekerja. Itu menunjukkan bahwa apa yang kita perjuangkan, sudah baik dan benar.

“Ini seharusnya memperkuat rasa percaya diri kita dan keyakinan kita,” tandasnya.

Ia bilang bahwa kita punya tanggung jawab yang besar saat ini karena kebesaran AMAN sudah membuat orang menoleh. Kita punya keunggulan, yaitu kita sudah mengakar di kampung. Meski begitu, ada tantangan terkait dengan keberadaan maupun kontribusi kita di kampung.

“Kita sedang melakukan sensus dengan pemetaan untuk menunjukkan di mana kita berada,” ujarnya.

Rukka memaparkan bahwa untuk memperkuat kampung, para pengurus dipastikan harus menyelesaikan peta wilayah adat dalam tiga tahun. Ujung tombak untuk itu adalah PD, sementara PW perlu memastikan agar itu benar-benar terjadi.

Rukka kembali menegaskan bahwa kita dituntut untuk memperkuat kaki dan meningkatkan kesadaran terhadap hak kita karena tekanan politik yang semakin kuat. Untuk itu, lanjut Rukka, sejak berlangsung Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) sebelumnya, kita berusaha mengonsolidasikan teman-teman supaya kita tidak merasa kecil. “Kita semua harus bekerja keras,” tegasnya.

Menurutnya, kita juga harus duduk bersama untuk memastikan pekerjaan di kampung serta memastikan PD dan PW bisa bekerja maksimal.

“Ke depan, kita tidak bisa (berjalan dengan) hanya gigi satu,” ujarnya dengan mengibaratkan organisasi sebagai suatu kendaraan bermotor. Ia pun menegaskan bahwa kita ini istimewa dan telah berjanji kepada alam, leluhur, dan Tuhan Yang Maha Kuasa. “Saya percaya ke depan, - dengan hati terbuka, terus saling diskusi, dan tidak ada curiga – AMAN semakin besar,” ungkapnya.

Deputi Sekjen AMAN Eustobio Rero Renggi selaku pemandu jalannya acara konsolidasi PD dan PW AMAN itu, menegaskan agar seluruh kampung memiliki peta wilayah adat. Menurutnya, pengurus harus memfasilitasi hal tersebut.

“Kita sudah punya GBPK (Garis-garis Besar Program Kerja),” ujarnya.

Irsal Hamid dari PW AMAN Tana Luwu melaporkan bahwa – dalam acara konsolidasi itu – ada 144 komunitas Masyarakat Adat dan 6 PD di Tanah Luwu, Sulawesi Selatan. Irsal menyatakan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi potensi ekonomi di komunitas Masyarakat Adat di sana. Awalnya, mereka menargetkan satu komunitas Masyarakat Adat untuk memiliki satu unit usaha. Tapi, ternyata itu berat, sehingga yang terealisasi hanya ada beberapa dari seluruh komunitas Masyarakat Adat yang ada. Belakangan, muncul rekomendasi untuk menghadirkan satu Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA) di masing-masing PD.

“Ini yang disarankan ke kita,” ujarnya.

Sementara itu, Sardi Razak – biasa disapa Ian – dari PW Sulawesi Selatan, menyatakan bahwa secara makro perkembangan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat kini memiliki jumlah anggota mencapai 167 komunitas Masyarakat Adat.

Ian mengakui bahwa perkembangan dua tahun ini, menarik. PD sudah sigap untuk melaksanakan rapat pengambilan keputusan. Sementara itu, PW AMAN Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat sudah bekerja dengan semakin baik.

“Dinamika perkembangannya adalah mengalami situasi yang membaik. Yang tadinya mengalami kelambatan, kini sudah membaik. Ini situasi dengan konteks organisasi,” paparnya.

***

Tag : PW PD AMAN