Oleh Aeron Ian Monim, Barsalina Y. Kreutha, Festus Demena, dan Tri Yocku

Koperasi Peran Serta Wanita atau Koperwan adalah sebuah usaha kecil yang hadir di tengah-tengah kampung untuk memandirikan perempuan-perempuan di kampung dengan aneka olahan kue atau makanan kecil berbahan dasar sagu, termasuk kue kering, kue basah, keripik, es krim, dan lain-lain.

Sagu memiliki khasiat dan merupakan jati diri Bhuyakha (Sentani) maupun Papua secara umum. Bagi kami Masyarakat Adat di Sentani, sagu merupakan makanan pokok yang setiap hari kami makan. Kami juga mengolah sagu menjadi bermacam kuliner.

Makanan ringan berbahan sagu yang diproduksi dan dikelola oleh Koperasi Wanita Tani Huruwaka Yobe Provinsi Papua yang diketuai oleh Merlynn Tokoro, akan ikut meramaikan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI pada Oktober 2022 mendatang yang bertempat di Wilayah Adat Tabi, Jayapura.

Koperasi tersebut didirikan pada 2019 dan sudah beroperasi di 19 distrik di Kabupaten Jayapura. Koperasi bertempat di Kampung Yahim, Dobonsolo, Kabupaten Jayapura dan telah diresmikan rumah produksinya pada 19 Agustus 2022 oleh PT Sucivindo yang sekaligus pernah memberikan dukungan peralatan dan permodalan.

Kuliner sagu yang diproduksi koperasi itu bukan hanya menyajikan cita rasa khas Papua, tapi juga dikembangkan dengan berbagai rasa.


Kue ulat sagu. Sumber foto: Tim jurnalis rakyat Papua.

Dalam wawancara kami bersama salah satu anggota dari pengelola Koperasi Wanita Tani Huruwaka Yobe, yaitu Tri Yoku, menerangkan bahwa sampai saat ini kuliner sagu dari sana sudah membuat berbagai jenis kue dengan bermacam varian rasa, antara lain kue kering ulat sagu, kembang goyang, biskuit, dan es krim. Varian rasa kuliner sagu yang kini diproduksi, antara lain kacang, cokelat, pandan, dan keju.

Seluruh makanan kecil yang diproduksi itu, tidak menggunakan bahan pengawet buatan. Namun, kue-kue kering tersebut dapat disimpan selama sekitar dua bulan.

Dalam pembuatannya, bermacam kue tersebut disesuaikan dengan pesanan dan juga harga bahan dasarnya, yaitu sagu.

Kuliner kue Huruwaka itu pun bisa dijadikan oleh-oleh atau buah tangan ketika ada pengunjung yang hendak membawanya pulang saat KMAN VI.

Kami berpesan kepada pemerintah di level provinsi, kabupaten, maupun kampung agar hutan sagu tetap dilestarikan, sehingga persediaan makanan pokok tetap terjaga sebagai budaya orang Papua dengan bermacam kegunaan dan manfaat dari pohon sagu. Bagi kami, sagu juga telah menjadi penunjang ekonomi Masyarakat Adat, khususnya yang berada di kampung, ucap Marlin Tokoro ketika kami ajak mengobrol melalui telepon pada 23 Agustus 2022.

***

Para penulis adalah jurnalis rakyat dari Masyarakat Adat di Jayapura, Papua

Tag : KMAN VI Jayapura Bhuyakha