Oleh Risnan Ambarita

Ratusan Masyarakat Adat Sihaporas bersuka cita dengan menggelar acara Patumona di Buntu Pangaturan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Tradisi yang dilaksanakan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan leluhur atas panen padi yang melimpah itu, dihadiri para undangan dari berbagai komunitas Masyarakat Adat serta tokoh Masyarakat Adat, termasuk aktivis Abdon Nababan dan seniman Arif Girsang. Mereka membaur bersama sembari menyantap makanan tradisional yang telah dihidangkan oleh Masyarakat Adat Sihaporas.

Tetua Adat Oppung Moris Ambarita menerangkan bahwa Patumona – yang dalam Bahasa Batak berarti permulaan – merupakan tradisi warisan leluhur untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan atas berkat dan rezeki yang melimpah atas hasil pertanian yang diperoleh.

“Syukuran seperti ini adalah warisan yang terus-menerus kami lestarikan sebagai wujud keterhubungan dengan Tuhan, leluhur, dan alam semesta,” kata Oppung Moris sembari  berharap tradisi itu akan tetap dirawat dan dilestarikan oleh generasi selanjutnya.

Tokoh Perempuan Adat Sihaporas Anita Simanjuntak menyatakan bahwa mereka baru saja panen di wilayah adat yang selama ini dirampas oleh PT Toba Pulp Lestari (TPL). Di lokasi itu, mereka kerap berkonflik dengan TPL. Namun, dari aksi yang terus-menerus diperjuangkan oleh Masyarakat Adat Sihaporas, akhirnya mereka dapat menanam padi di lahan tersebut dan kini memanennya.

“Padi yang kami tanam di lahan itu akhirnya bisa dipanen, hasil panennya melimpah. Ini kami syukuri,” kata Anita di sela Patumona di Sihaporas baru-baru ini.

Anita menyatakan bersyukur kalau dalam Patumona itu banyak hadir para tokoh adat. Kehadiran mereka terasa semakin menguatkan perjuangan Masyarakat Adat, khususnya Masyarakat Adat di Sihaporas.

“Kami jadi bersemangat dalam membangun kedaulatan di komunitas Masyarakat Adat,” kata Anita sembari berharap ke depan bisa kembali menggelar syukuran merayakan panen padi bersama.

Sekretaris Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita (LAMTORAS) Jonny Ambarita menyatakan bahwa tujuan diundangnya para tetua adat dan tokoh Masyarakat Adat dalam Patumona itu, adalah agar kita tidak mudah menyerah dan saling menguatkan dalam memperjuangkan hak Masyarakat Adat dan menandakan Masyarakat Adat yang senasib sepenanggungan.

“Jadi, mari kita nikmati perjuangan kita! Semoga kita semakin dekat dengan kemenangan atas warisan leluhur kita,” ujarnya.

Panen Perdana

Jonny menerangkan bahwa panen padi yang mereka rayakan itu merupakan yang pertama di wilayah adat. Hasilnya lumayan, komentarnya. Ada dua ton padi yang bisa diperoleh di atas luasan lahan sekitar satu hektar.

“Ini berkat dari leluhur yang harus kita syukuri,” katanya.

Jonny menyatakan, belajar dari hasil panen perdana itu, maka ke depannya mereka akan menanam padi di hamparan lahan yang lebih luas lagi.

“Untuk mengejar cita-cita Masyarakat Adat berdaulat, mandiri, dan bermartabat,” tandasnya.

Berdaulat atas Wilayah Adat

Abdon Nababan, tokoh Masyarakat Adat yang kini maju sebagai calon anggota DPD RI dari Sumatera Utara, menyatakan bahwa ia ikut gembira atas panen yang diperoleh Masyarakat Adat Sihaporas. Ia pun mendoakan kelak panen bisa lebih melimpah.

Ia mengungkapkan rasa salut atas kegigihan Masyarakat Adat Sihaporas dalam mempertahankan wilayah adat yang dirampas TPL. Masyarakat Adat telah berjuang sembari menanam padi di atas lahan yang dirampas. Abdon percaya suatu saat nanti Masyarakat Adat Sihaporas akan kembali mendapatkan wilayah adat, sehingga mereka bisa lebih nyaman bertani.

”Percayalah, Wilayah Adat Sihaporas akan kembali ke pemiliknya! Ini hanya masalah waktu. Semakin kuat persatuan kita (sebagai) sesama Masyarakat Adat, (maka) semakin cepat kembalinya wilayah adat,” ungkapnya sembari berharap ke depan Masyarakat Adat akan berdaulat atas wilayah adatnya.

***

Penulis adalah jurnalis Masyarakat Adat dari Tano Batak, Sumatera Utara.

Tag : Masyarakat Adat Sihaporas