Oleh Annas Radin Syarif & Henriana Hatra

“Masyarakat Adat memiliki hak yang sama untuk divaksinasi tanpa merusak kain sosial mereka,” ucap Menteri Kesehatan Budi Gunawan Sadikin saat meninjau vaksinasi di Ciboleger, - gerbang Desa Kanekes yang menjadi tempat tinggal bagi Masyarakat Adat Baduy atau disebut juga dengan Urang Kanekes - Kabupaten Lebak, Banten pada November 2021 lalu. Saat itu, dari target seribu peserta vaksin, dua ratusnya diprioritaskan bagi Masyarakat Adat Baduy. Namun, jumlah Masyarakat Adat Baduy yang disuntik vaksin Covid-19 itu, hanya mencapai 20-an warga. Angka tersebut sedikit jika dibandingkan dengan penduduk Desa Kanekes yang mencapai 11.667 jiwa (3.402 kepala keluarga) dan mendiami 68 kampung di wilayah adat seluas lebih dari lima ribu hektar yang sebagian besar berupa hutan.

Secara geografis, lokasi ke-68 Kampung Baduy yang menyebar, menjadi tantangan dalam pelaksanaan vaksinasi. Berdasarkan pengalaman AMAN Banten Kidul, diperlukan dua sampai tiga jam berjalan kaki untuk menempuh perjalanan dari satu kampung ke kampung lain. Hal lain yang perlu diperhatikan, adalah aspek sosial-budaya Masyarakat Adat Baduy. Jika itu tidak diperhatikan dengan seksama, maka vaksinasi bisa berjalan tidak berjalan lancar, bahkan mendapat penolakan.

“Sebelumnya, sudah ada yang melakukan pendekatan dengan survei dan sosialisasi, namun warga menolak dengan berbagai alasan. Pihak Puskesmas Cisimeut beberapa kali melakukan vaksinasi keliling di Kampung Baduy Luar, namun hasilnya nihil,” ungkap Henriana Hatra mewakili Pengurus Daerah AMAN Banten Kidul.

Melihat situasi tersebut, Tim AMANkanCovid19 di Banten Kidul pun menggunakan strategi yang berbeda, yaitu nyaba dulur yang dapat dimaknai sebagai semacam silaturahmi ke saudara. Pendekatan itu bertujuan untuk memahami situasi dan kondisi Masyarakat Adat Baduy sebelum vaksinasi.

Tim AMANkanCovid19 Banten Kidul yang terdiri dari 12 orang dari Masyarakat Adat Kasepuhan, - yang notabene mempunyai ikatan budaya kuat dengan Masyarakat Adat Baduy - melakukan melakukan pendekatan dengan para tetua atau tokoh adat dan juga melibatkan Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Banten Kidul untuk menyasar kelompok pemuda adat dan perempuan adat.

Pada bagan berikut ini adalah proses nyaba dulur yang dilakukan oleh Tim AMANkanCovid19 setempat dalam mensosialisasi dan mendorong vaksinasi Masyarakat Adat Baduy.

Proses nyaba dulur dalam sosialisasi dan vaksinasi di Masyarakat Adat Baduy. Sumber: Diolah dari informasi oleh Tim AMANkanCovid19 Banten Kidul.

Sebelum sosialisasi dilakukan, tim yang terdiri dari lima orang berangkat terlebih dahulu ke Kampung Cikeusik (salah satu Kampung Baduy Dalam) untuk meminta izin Puun atau pimpinan adat. Tim juga bertemu dengan Jaro Tanggungan 12 dan Jaro Tangtu (perangkat dalam kelembagaan adat) untuk berkoordinasi mengenai survei dan sosialisasi yang akan dilakukan di Baduy Luar.

Setelah mendapatkan izin, tim melanjutkan koordinasi dengan perangkat desa untuk menentukan kampung yang menjadi target sosialisasi. Hasilnya, adalah tujuh kampung yang menjadi target utama, yaitu Kampung Gajeboh, Marengo, Balimbing, Kaduketug, Cisaban 1, Cisaban 2, dan Cisaban 3 (Leuwi Handam).

Kemudian, tim kembali lagi untuk memulai sosialisasi di Baduy Luar. Sehari sebelum keberangkatan, seluruh anggota tim melakukan tes swab antigen. Setelah dinyatakan negatif, barulah tim melakukan perjalanan untuk masuk ke dalam kampung dengan berjalan kaki. Di Kampung Kaduketug, tim pun bersilaturahmi dan berkoordinasi dengan Jaro Saija.

Dari rumah Jaro Saija, tim melanjutkan jalan kaki ke Kampung Gajeboh selama sekitar dua jam. Rumah pertama yang dituju, yaitu rumah Bapak Ijom (Ketua RT). Di sana kami meminta izin bermalam dan melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga untuk survei dan sosialisasi tentang vaksinasi Covid-19 dengan pendekatan nyaba dulur seolah bersilaturahmi ke sanak saudara. Tim kemudian berhasil mengunjungi 90 warga dan mencatat nama-nama warga yang bisa dan mau divaksin.

Keesokan harinya, beberapa anggota tim menjemput tenaga kesehatan (vaksinator) di Puskesmas Cisimeut untuk pelaksanaan vaksinasi. Di Kampung Gajeboh, terdapat 22 warga yang berhasil divaksin saat itu.

Proses yang dilakukan Tim AMANkanCovid19 Banten Kidul di Kampung Gajeboh juga diterapkan di kampung lainnya. Kami pindah kampung dan kembali memulai proses nyaba dulur di setiap kampung dengan waktu yang pula disesuaikan dengan kondisi masing-masing Masyarakat Adat Baduy di tiap kampung. Pada siang hari, anggota tim kami bahkan ada yang ikut dengan warga untuk beraktivitas di ladang untuk bisa membangun rasa percaya dan peluang untuk memberikan informasi. Biasanya, sore atau malam, kegiatan vaksinasi bisa dilakukan.

 

Potret perkampungan Masyarakat Adat Baduy. Sumber foto: Dokumentasi AMAN.

Melakukan vaksinasi pada malam hari, menjadi tantangan bagi vaksinator, di mana tim harus bolak-balik ke kampung terdekat (berjalan kaki sekitar dua sampai tiga jam) demi mendapat es untuk penyimpanan vaksin. Sebab, tak ada listrik di sana. Tantangan lain adalah soal pemahaman warga yang telah dipengaruhi oleh peredaran hoaks (berita bohong). Maka, selain informasi dasar tentang Covid-19, tim membekali diri dengan pengetahuan seputar isu-isu yang menjadi perhatian khusus di kalangan Masyarakat Adat Baduy, termasuk hutan adat dan Peraturan Desa (Perdes) tentang Desa Adat.

Administrasi kependudukan juga masih menjadi kendala karena sejumlah warga belum mempunyai Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau KTP. “Pernah ada warga yang menghindar dari petugas ketika ditanya soal KTP,” Tutur Henriana Hatra.

Oleh karena itu, tim tidak menanyakan NIK atau KTP ke warga yang mau divaksin, melainkan mencatat identitas warga secara manual. Sementara itu, persoalan administrasi kependudukan itu diurus tim melalui koordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Lebak dan Pemerintah Desa Kanekes.

 

Capaian sosialisasi dan vaksinasi Masyarakat Adat Baduy pada 21-28 Desember 2021. Sumber: Diolah dari data Tim AMANkanCovid19 Banten Kidul.

 Pada tujuh Kampung Baduy Luar, Tim AMANkanCovid19 Banten Kidul pun berhasil melakukan sosialisasi dan vaksinasi kepada 127 warga. Secara umum, kami mendapat respon yang baik dari berbagai pihak. Uding, seorang pemuda adat asal Kampung Leui Handam, mengaku senang dikunjungi. Selain mendapatkan pengetahuan, menurutnya, kegiatan tersebut menguatkan tali silaturahmi antara Masyarakat Adat Baduy dan Bayah. Para warga juga melontarkan rasa terima kasih atas wawasan dan vaksin yang telah diupayakan oleh tim.

Dede, Kepala Puskesmas Cisimeut, merasa sangat terbantu dengan kehadiran kami dalam mempercepat capaian vaksinasi bagi Masyarakat Adat Baduy. Ia berharap Tim AMANkanCovid19 dapat terus membantu.

“Sebelumnya, capaian vaksinasi di Desa Kanekes baru mencapai 0,32 persen atau sekitar 22 warga,” tuturnya. “Saat ini, terjadi peningkatan signifikan menjadi 4,03 persen, yaitu 278 warga dari target vaksin 6.890 warga. Ini membuktikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan Tim AMANkanCovid19 Banten Kidul membuahkan hasil yang baik.”

Hingga saat ini, kawan-kawan di AMAN Banten Kidul terus mendorong vaksinasi bagi Masyarakat Adat Baduy. Tentu, kerja-kerja itu bukanlah hal yang mudah, namun vaksinasi Covid-19 merupakan hak setiap warga dan perlu bersifat inklusif dengan mempertimbangkan pendekatan atau strategi khusus atas kebutuhan Masyarakat Adat terkait dengan kondisi geografis, aspek sosial-budaya, dan lain-lain.

***

Penulis adalah Ketua Tanggap Darurat AMAN & Henriana Hatra dari Banten Kidul.

Ikuti terus perkembangan mengenai kondisi Masyarakat Adat terkait Covid-19, vaksinasi bagi Masyarakat Adat, maupun kerja-kerja Satgas AMANkanCovid19 melalui Portal Berita AMAN.or.id.

Tag : AMANkanCovid19 Baduy Vaksinasi Masyarakat Adat