[caption id="attachment_1161" align="alignleft" width="300"] Tari Hetawang Hakangkalu[/caption] Sejak pukul 08.00 pagi, terlihat pemandangan yang berbeda di lapangan Tumbang Malahoi, Desa Gunung Mas. Bapak-bapak dan ibu-ibu peserta Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) ke III AMAN tengah bersolek dengan kostum khas dari daerah masing-masing. Pluralisme yang indah namun intim untuk menunjukan kebhinekaan dari masyarakat adat nusantara. Seusai sambutan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) AMAN ke III dari Bupati Gunung Mas, Dr Drs Hambid Bintih MM dan SEKJEN AMAN, Abdon Nababan. Pertunjukan dari Sanggar Tarantang Petak Balanga asal Palangkaraya membuka Tarian Hetawang Hakangkalu sebagai sajian pertama yang mengesankan. 9 penari, 4 pemuda dan 5 pemudi dengan kostum rompi dari kulit kayu dan topi yang khas, mereka tampil dalam gerak enerjik. Performance yang memukau diiringi alunan irama dari alat musik tradisional Gandang, Sarung dan Kangkanung. Tari Hetawang Hakangkalu selain menceritakan tentang keceriaan warga Kalimantan Tengah menyambut panen raya dari hasil pertanian. Selain itu tarian ini mempunyai nilai dan jejak history yang tinggi dan esensial dalam filosofis masyarakat Dayak dalam bekerjasama dan bergotong royong. “karya dikaitkan sebagai manusia dan burung Tingang/enggang (burung suci masyarakat Dayak) & pelestarian bagaimana cara berkebun” ungkap Nelvi salah seorang penari dari Tarangtang Petak Balanga. Sanggar ini berdiri sejak 2010, bascampnya dapat ditemukan di Jl.Gang Obos 109 Palangkaraya. Koreografer dan gerak dalam tarian ini juga mengandung nilai filosofis dari laku hidup masyarakat Dayak, bisa kita menyimak dimulai dari formasi menggigit Mandau sebagai senjata khas Dayak, tingkat kesulitannya dapat kita lihat antara ketajaman Mandau yang diselipkan diantara bibir, sedangkan penari masih bisa menyunggingkan senyum. Mandau merupakan satu dari sekian banyak jenis tari yang lahir dari kultur Budaya masyarakat Suku Dayak di Kalimantan Tengah. Tari Mandau Suku Dayak simbolisasi dari semangat juang masyarakat Suku Dayak dalam membela harkat dan martabatnya.Kelompok penari Tari Mandau seringkali dilengkapi dengan menggenggam Mandau pada tangan sebelah kanan selanjutnya, koreografer menumbuk padi. Keseluruhan tarian menunjukan formasi kolosal, bahkan koreografer yang bermakna antara pertarungan sesama laki-laki dan gerak hiburan dari penari perempuan. Keseluruhan tarian memiliki nilai yang filosofis dan daya pukau tersendiri seperti elemen api yang juga dilibatkan dalam tarian ini, teknik ini juga memiliki sisi yang berbahaya jika tidak dilakukan oleh penarai yang terlatih dan profesional. Tarian terakhir adalah Kandurang Tingang Rangga yang memberikan pesan moral yang mendalam untuk menambahkan nilai-nilai luhur dan spiritual kepada umat manusia agar selalu menjaga keharmonisan alam berdasarkan wawasan semesta alam//*****RSA