Neres : Ritual Mensucikan Diri Bagi Perempuan Adat Ciusul
02 November 2024 Berita Dika SetiawanOleh: Dika Setiawan
Puluhan perempuan dari komunitas adat Ciusul berjalan ke arah sungai Cimadur yang berada di sisi utara kampung Ciusul, Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Mereka akan melakukan ritual Neres di sungai itu untuk mensucikan diri.
Neres merupakan bagian dari rangkaian acara Seren Taun Masyarakat Adat Ciusul. Neres sendiri mengandung arti mensucikan diri untuk kaum perempuan dengan cara mandi di tempat yang sudah ditentukan oleh tetua adat.
Sukamdi Jaya Rukmana, tokoh Masyarakat Adat Kampung Ciusul, menjelaskan aktivitas mensucikan diri ini dilakukan oleh kaum perempuan yang bertugas memasak makanan untuk dihidangkan di acara ritual Seren Taun. Makanan yang mereka masak ini nantinya akan dibagikan kepada seluruh warga sekitar.
“Jadi sebelum memasak makanan, kaum perempuannya harus melakukan ritual Neres agar saat bertugas menghidangkan makanan sudah dalam keadaan bersih,” kata Sukamdi disela-sela pelaksanaan ritual Neres di sungai Cimadur pada Senin, 14 Oktober 2024.
Sukamdi menerangkan secara mendalam tradisi Neres mengajarkan kita untuk melakukan sebuah kebaikan, karena itu diharuskan bersih secara jiwa (niat). Dimana nilai-nilai silih asah silih asih silih asuh harus terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian, sebutnya, bersih secara fisik. Maksudnya, tubuh maupun perkakas yang kita gunakan untuk memasak harus bersih (higenis) agar menghasilkan makanan yang sehat. Setelah itu, makanan tersebut dimakan bersama dalam acara Ngariung Gede (makan besar) di ritual Seren Taun.
“Untuk mendapatkan makanan yang berkualitas, sehat dan baik harus melalui proses yang baik juga, dimulai dari manusianya harus dalam keadaan bersih. Jika manusia yang menyajikan makan tidak dalam keadaan baik, maka ada kemungkinan makanan yang dimakan pun tidak baik,” kata Sukamdi menerangkan makna filosofi dibalik pelaksanaan ritual Neres.
Sukamdi mengatakan sejatinya, kegiatan ritual Neres ini merupakan sebuah bentuk persatuan, kerukunan dan kepedulian terhadap sesama. Setiap warga akan melakukan pengantaran makanan terbaiknya kepada tetangga, kerabat dan lainnya agar mereka bisa saling mencicipi menu masakan satu sama lain.
“Melalui ritual Neres kita bisa belajar, menjaga hubungan manusia dengan Sang Pencipta dengan cara bersyukur dan menjaga hubungan manusia dengan manusia lainnya dengan saling berbagi, berempati, silih asah, silih asih, silih asuh,” paparnya.
Tradisi Neres Mulai Pudar
Mandi bersama yang dilakukan kaum perempuan dalam tradisi Seren Taun di kampung adat Ciusul dilaksanakan setahun sekali. Tradisi yang diberi nama Neres ini sudah berlangsung secara turun temurun dari nenek moyang. dan terus dilestarikan hingga saat ini.
Sayangnya, tradisi Neres ini sudah mulai pudar. Seiring perkembangan zaman, tradisi yang berkembang di Kasepuhan Citorek ini hanya dijalankan oleh Masyarakat Adat Ciusul.
“Kami selaku generasi muda akan coba untuk merawat dan menjaga adat tradisi yang kami miliki ini,” kata Sukamdi.
Saat ini, sambungnya, dengan pesatnya perkembangan zaman, kemajuan teknologi yang semakin canggih membuat generasi muda lebih tergoda untuk menggeluti era moderen daripada melestarikan budaya dan tradisi sendiri. Dikatakannya, tantangan nyata akan kepunahan warisan budaya dari leluhur nampak jelas jika generasi muda tidak menjaga dan melestarikannya.
“Tugas kita sebagai generasi penerus untuk menjaga warisan leluhur agar kita tahu dari mana kita berasal dan siapa kita sebenarnya, tanpa harus anti dengan perkembangan zaman,” ujarnya.
Berharap Keberkahan
Tradisi Neres merupakan bagian dari rangkaian upacara Seren Taun yang digelar sebagai bentuk syukur setelah panen raya selesai.
Neres juga di percaya oleh Masyarakat Adat Ciusul sebagai ritual yang dilakukan untuk menghilangkan penyakit yang merugikan, seperti penyebaran wabah penyakit, paceklik dan pertanian gagal panen.
Sukamdi menerangkan untuk melakukan ritual Neres, tidak semua perempuan boleh ikut, ada larangan yang harus di taati. Ia mencontohkan perempuan yang sedang masa haid, tidak boleh ikut dalam ritual Neres.
Rukiah, salah seorang anggota Masyarakat Adat Kampung Ciusul mengaku sering ikut ritual Neres. Rukiah berharap melalui ritual ini, bisa mendapatkan hasil pertanian yang berkah. Kemudian, kita terhindar dari segala penyakit.
Perempuan paruh baya ini juga menuturkan melalui ritual Neres, kaum perempuan bisa membersihkan diri. Bukan hanya sekedar membersihkan kotoran yang menempel dibadan, secara hakikatnya, tapi juga membersihkan jiwa dari sifat angkuh, sombong, dan sifat sifat tercela lainnya. Tapi, untuk melakukan aktivitas ritual Neres ini, kita harus dalam keadaan bersih.
“Bersih secara raga maupun secara hati dan pikiran,” ucapnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Banten Kidul