Oleh Haeruddin

Siang itu cuaca agak mendung di Desa Pao, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Rintik hujan gerimis juga sudah turun, namun tidak menghalangi  rombongan pemuda dari Amerika Latin untuk mengunjungi desa yang diapit dua sungai serta gunung disekitarnya. Rombongan juga harus melewati jembatan gantung yang di kanan kirinya terbentang hamparan sawah dan pepohonan yang indah.

Mereka adalah Alejandra Salgado Martinez dan America Anayelli Olguin Mora dari Mexico,  Carol Castro Begnozzi dari Costa Rica, Dayri Daneli López Morales dari Guatemala, Kendra Yanira Ehrman Perez dari Panamá.

Setelah menempuh perjalanan tiga jam dari Makassar, rombongan pemuda Amerika Latin yang didampingi Deputi lV Sekjen AMAN Mina Setra serta Marolop Manalu Gorga akhirnya tiba di komunitas Masyarakat Adat Pattallassang, desa Pao sekitar pukul 13.40 Wib. Rombongan disambut oleh Ketua PD AMAN Gowa Mukhlis Paraja.

Penyambutan dilakukan secara ritual. Mukhlis mengarahkan Daeng Dusing yang memiliki kedudukan sebagai Sanro (dukun) untuk memulai ritual. Tak berapa lama, Daeng bergeser ke tengah rombongan, tempat diletakkannya media ritual yakni kendi yang berisi air. Lalu, Daeng mengangkat kedua tangannya sembari merapalkan doa.

Usai berdoa, Daeng membagikan air untuk diminum kepada pemuda dari Amerika Latin dan rombongan lainnya yang mendampingi.

Mukhlis dalam sambutannya menyampaikan ritual minum air ini sebagai bentuk kebiasaan leluhur mereka dalam menyambut tamu yang datang dari jauh.

"Kami masyarakat Gowa memiliki filosofi bahwa air adalah simbol kehidupan, air sifatnya ada di mana-mana. Air adalah sumber penghidupan bagi umat manusia,” ujarnya di sela penyambutan tamu dari Amerika Latin pada 19 Mei 2023.

Setelah ritual, Mukhlis mengajak rombongan pemuda Amerika Latin berkeliling ke perkebunan herbal yang ada di Arangangia, Desa Pao. Ditempat ini, rombongan dipandu oleh Ramlah, seorang perempuan adat yang memiliki kedudukan sebagai peramu obat herbal. Ramlah memperkenalkan beragam tanaman dan fungsi penyembuhannya kepada rombongan.

Kunjungan ke Sekolah Adat Balassuka

Sehari setelah mengunjungi komunitas Masyarakat Adat Pattallassang, rombongan pemuda Amerika Latin berkunjung ke sekolah adat Balassuka di Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa, pada 20 Mei 2023.

Kedatangan rombongan disambut pengurus Sekolah Adat Balassuka, Muswahyudin. Kepada  pemuda dari Amerika Latin, Muswahyudin menjelaskan bahwa sekolah adat ini berdiri atas dukungan dari tokoh adat dan sejumlah orang yang pulang kampung, termasuk dirinya. Muswahyudin menceritakan sebelumnya, dirinya tinggal di kota. Ia lulusan sarjana kehutanan. Muswahyudin memilih untuk pulang kampung dan mendirikan sekolah adat.

“Saya kembali ke Balassuka untuk mendirikan sekolah adat, saya ingin berbagi ilmu pengetahuan, terutama terkait tatacara menjaga lingkungan dan hutan,” ungkap Muswahyudin.

Ia menuturkan anak-anak Masyarakat Adat di sekolah ini diajarkan pengelolaan pertanian tradisional, membuat gula aren, keahlian pengobatan, dan menganyam. Anak-anak juga diajarkan cara menjaga lingkungan, seperti yang sudah mereka lakukan menanam pohon.

Muswahyudin menyebut sekolah adat dibuka dua kali dalam sepekan, yakni Sabtu dan Minggu. Tema yang diajarkan tergantung fasilitator, biasanya tentang bercocok tanam, mengenal makanan yang bisa diambil dari alam untuk dimakan, belajar membuat makanan tradisional, belajar membuat peralatan pertanian tradisional.

Begitu pun dengan permainan tradisional, anak-anak diajak bermain bersama sembari diperkenalkan dengan permainan tradisional.

Muswahyudin menyatakan saat belajar tidak ditentukan tempatnya, terkadang belajarnya dilakukan sembari bekerja di lahan pertanian.

Pemuda Adat Amerika Latin belajar gerakan pulang kampung pada Tetua dan Pemuda Adat Gowa. Dokumentasi AMAN

Belajar Gerakan Pulang Kampung

Dayri Lopez, salah seorang perwakilan pemuda Amerika Latin menyampaikan rasa terima kasih atas penyambutan yang sangat ramah dari Masyarakat Adat, termasuk pemuda serta tokoh adat. Dayri menyatakan tujuan mereka mengunjungi komunitas Masyarakat Adat di Gowa untuk mempelajari gerakan pulang kampung. 

“Banyak hal positif yang kami dapatkan dari gerakan pulang kampung ini. Kami senang sekali,” kata Dayri Lopez dengan wajah sumringah.

Mereka sangat senang berada di lingkungan Masyarakat Adat. Mereka juga mengapresiasi perjuangan para pemuda dan tokoh adat yang mendirikan sekolah adat dan kebun herbal.

Dayri menyatakan mereka akan membawa semua pengetahuan yang didapatkan dari Masyarakat Adat sini untuk dikembangkan ke komunitasnya. Dayri juga merasa takjub saat diajari cara membuat kue tradisional barongko di Sekolah Adat Balassuka.

“(Pengetahuan) ini menarik sekali, kue yang bahannya didapat dari kebun sendiri seperti ubi, gula merah, dan kelapa,” katanya dengan takjub.

Deputi IV Sekjen AMAN Mina Setra, yang turut mendampingi kunjungan pemuda Amerika Latin menyatakan bahwa pemuda dari Amerika Latin ini sudah melakukan perjalanan jauh dari negaranya untuk berkeliling ke tiga komunitas Masyarakat Adat di Sulawesi.

Mina menyebut kunjungan pertama mereka di Rongkong, kemudian ke Toraja lalu berakhir di Arangangia.

“Kunjungan mereka untuk belajar tentang gerakan pulang kampung, di mana hal itu tidak dimiliki di negara mereka,” kata Mina.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Komunitas Masyarakat Adat Barambang Katute, Sinjai, Sulawesi Selatan

Tag : Gerakan Pulang Kampung Dayri Lopes Amerika Latin